Sebuah kasus kriminal yang bikin merinding akhirnya terbuka ke publik. Korbannya seorang bankir, Mohamad Ilham Pradipta, Kepala Cabang Pembantu BRI Cempaka Putih.
Dugaan motifnya bukan sepele, pengalihan dana dari rekening dormant (Tirto, 2025). Tapi cerita ini ternyata jauh lebih lebar dari satu insiden.
Benang merahnya mengarah ke sindikat pembobolan dana nasabah yang menyasar bank BUMN. Dengan total kerugian yang disebut mencapai Rp204 miliar (Kompas, 2025).
Modusnya menargetkan uang di rekening dormant. Untuk bisa memindahkan dana, mereka butuh otoritas Kepala Cabang.
Tokoh utama sindikat ini disebut C alias K, otak operasi itu (CNN Indonesia, 2025). C alias K bersama DH berupaya mengalirkan dana ke rekening penampungan.
Mereka lalu memetakan dan memburu para Kepala Cabang bank. Polda Metro Jaya menjelaskan skenario yang mereka siapkan.
Ada opsi pemaksaan dengan kekerasan, setelah itu korban mungkin dilepas. Opsi lain, korban dihilangkan sama sekali (Tribratanews Polres Mukomuko, 2025).
Rencana itu berakhir brutal. Ilham Pradipta diculik pada 20 Agustus 2025. Rekan kerjanya mengenal almarhum sebagai sosok berintegritas tinggi (Antara, 2025).
Di perjalanan ia sempat melawan. Ia kemudian dianiaya hingga meninggal di dalam mobil.
Jasadnya ditemukan pada 21 Agustus 2025 di Bekasi. Dari sisi eksekusi keuangan, pembunuhan yang cepat ini tampak amatir.
Namun justru di situlah terlihat bagaimana kegagalan ini masih bagian dari rencana jaringan.