Bayangan orang tentang skinhead biasanya sederhana: kepala plontos, sepatu bot tinggi, jaket bomber. Gambaran itu lengket sekali, seolah mewakili semuanya.
Padahal ceritanya tidak sesingkat itu. Skinhead lahir dari kelas pekerja di Inggris, tumbuh sebagai subkultur yang dikenal luas dan sarat perlawanan (Britannica, 2024).
Komunitas ini terasa solid, tetapi juga penuh kontradiksi. Di dalamnya ada yang tegas menolak rasisme, ada yang berdiri melawan fasisme, dan ada pula yang justru menjadi corong kebencian.
Memahami mereka berarti menerima tarik menarik itu.
Masalahnya, pandangan umum sering jatuh ke jebakan hitam putih. Skinhead dicap rasis atau anti rasis, seolah tidak ada ruang di antara keduanya. Kenyataannya lebih berlapis dari itu (BBC Culture, 2019).
Banyak anak muda yang terseret arusnya tidak benar-benar memikirkan ideologi. Bagi mereka, ini pencarian identitas.
Mereka ingin diterima, jatuh hati pada musik yang keras dan berenergi, dan politik sering bukan prioritas.
Banyak yang berada di area abu abu: tidak ikut pawai fasis, tetapi juga tidak aktif di barisan antirasis. Mereka hanya ingin hidup, nongkrong dengan kawan, mendengarkan musik bagus, dan merasa menjadi bagian dari sesuatu.
Akar subkultur ini unik sekaligus sering dilupakan. Ia tumbuh di lingkungan kulit putih kelas pekerja Inggris, lalu mekar berkat pertemuan dengan para imigran (Subcultures List).
Terutama datangnya komunitas Jamaika setelah perang. Mereka membawa budaya baru, juga gelombang musik segar. Ska dan reggae mengisi ruang, anak muda kulit putih pun membaur.
Dari sana lahir generasi awal skinhead, kerap disebut Trojan Skinheads. Istilahnya merujuk pada Trojan Records, label yang merilis banyak musik Jamaika.
Generasi awal ini menunjukkan subkultur yang bergaul lintas kulit, dengan fokus pada musik dan gaya, bukan kebencian (Britannica, 2024).
Lalu bagaimana citra itu bisa berbelok tajam? Ada teori yang mengatakan semangat kebanggaan kulit hitam pada komunitas Jamaika "dipantulkan" menjadi kebanggaan kulit putih di sebagian skinhead.
Sekilas masuk akal, tetapi penjelasan itu terasa terlalu rapi. Latar ekonomi dan sosial punya peran yang jauh lebih besar (Journal of Contemporary History, 2021).
Inggris sedang terseok, lapangan kerja menyempit, dan kedatangan imigran dilihat sebagai ancaman. Persaingan kerja menyalakan kecemasan, lalu kecemasan mudah berubah menjadi kebencian.
Di celah itulah kelompok sayap kanan bergerak. Pada 1970 an di Inggris, khususnya British National Front, mereka melihat potensi dalam komunitas ini: anak muda yang keras, kompak, dan sedang marah (Journal of Contemporary History, 2021).
Mereka menawarkan jawaban yang mudah serta musuh yang jelas. Imigran dijadikan sasaran.
Perlahan, identitas skinhead seperti dibajak untuk kepentingan politik. Yang tadinya kebanggaan kelas pekerja berubah arah. Sebagian didorong ke rasisme dan fasisme, sebuah citra yang jauh dari semangat awal.
Tentu tidak semua tinggal diam. Banyak yang marah karena merasa identitasnya dicuri dan dikotori. Dari situ lahir perlawanan dari dalam, dengan puncaknya pembentukan SHARP, Skinheads Against Racial Prejudice, di New York pada 1986 (libcom.org, 2006).
Tujuannya jelas. Membersihkan nama skinhead dari noda rasisme dan fasisme, lalu mengembalikannya ke akar tradisional yang menghargai persatuan kelas pekerja tanpa memandang ras.
Pertarungan ideologi di tubuh komunitas ini belum selesai. Sampai sekarang, tarik ulurnya masih terasa.
***
Referensi:
- A short history of Skinheads Against Racial Prejudice (SHARP). (2006, 10 September). libcom.org. Diakses pada 24 September 2025, dari https://libcom.org/article/short-history-skinheads-against-racial-prejudice
- Angaut, J.-C. (2022). Beyond the Boots: The National Front and the Politicization of Skinhead Style. Journal of Contemporary History, 57(4), 1101--1121. https://doi.org/10.1177/00220094211041930
- Gander, K. (2019, 6 Maret). The real story of skinheads. BBC Culture. Diakses pada 24 September 2025, dari https://www.bbc.com/culture/article/20190305-the-real-story-of-skinheads
- Skinheads. (n.d.). Subcultures List. Diakses pada 24 September 2025, dari https://www.subcultureslist.com/skinheads/
- The Editors of Encyclopaedia Britannica. (2024, 21 Agustus). Skinhead. Britannica. Diakses pada 24 September 2025, dari https://www.britannica.com/topic/skinhead
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI