Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Seleksi Alam di Industri Makanan Cepat Saji Indonesia

29 September 2025   09:00 Diperbarui: 26 September 2025   13:19 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Ini tidak terlihat seperti keruntuhan massal. Lebih mirip seleksi alam. Wajar di dunia bisnis.

Pasar kuliner Indonesia itu dinamis dan superkompetitif. Pilihan konsumen bejibun. Ada pemain global, regional, sampai UMKM lokal yang kreatif. Merek yang lambat beradaptasi akan tersingkir.

Adaptasinya bisa macam-macam. Menyesuaikan rasa dengan lidah lokal. Menetapkan harga yang pas. Menggarap pemasaran digital yang relevan. Mengoptimalkan layanan pesan antar.

Faktor eksternal ikut bermain, faktor internal juga tidak bisa diabaikan. Setiap brand waralaba dipegang perusahaan yang berbeda.

Strategi dan kekuatan finansialnya pun beda. Kinerja pengelola sering jadi penentu hidup-matinya merek.

Bisa saja ada problem operasional. Mungkin ekspansi terlalu agresif atau justru kurang fokus. Atau biaya sulit dikendalikan saat krisis.

Pandemi COVID-19 jelas pukulan keras. Namun krisis sering hanya mempercepat apa yang rapuh sejak awal.

Terakhir, selera konsumen memegang kendali. Preferensi berubah terus.

Dulu burger premium dianggap simbol status. Sekarang pilihan kuliner makin berwarna.

Banyak merek lokal baru muncul dengan konsep unik, harga lebih ramah. Fenomena kedai kopi juga menambah persaingan.

Mereka tidak cuma jual minuman, tapi juga suasana yang nyaman. Alhasil, sebagian porsi belanja konsumen bergeser ke sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun