Ini juga perkara harga diri dan pembuktian di panggung dunia.
Perjuangan demokrasi Juni 1987 itu fundamental. Fondasinya tak ternilai.
Namun membangun “gedung” bernama Hallyu butuh lebih dari itu. Diperlukan keberanian artistik para seniman, strategi bisnis yang tajam, dukungan ekonomi dari negara, dan momentum teknologi global yang pas.
Ceritanya ternyata jauh lebih kaya. Lebih berlapis daripada yang sering kita dengar.
***
Referensi:
- Korean Culture and Information Service. (n.d.). Seo Taiji and Boys: The pioneers who birthed K-Pop. Google Arts & Culture. Diakses pada 24 September 2025, dari https://artsandculture.google.com/story/seo-taiji-and-boys-the-pioneers-who-birthed-k-pop-korean-culture-and-information-service/qgXxn2qVzQJ2LQ
- The Editors of Encyclopaedia Britannica. (2025, 23 September). South Korea. Encyclopædia Britannica. https://www.britannica.com/place/South-Korea/The-Sixth-Republic
- The Korea Times. (2021, 23 November). Chun Doo-hwan's 'reign of terror' and the Gwangju Uprising. The Korea Times. https://www.koreatimes.co.kr/www/nation/2021/11/113_319323.html
- Tudor, D. (2023, 25 Mei). How South Korea's financial crisis forged the K-pop industry. Prospect Magazine. https://www.prospectmagazine.co.uk/arts-and-books/how-south-koreas-financial-crisis-forged-the-k-pop-industry
- Wilson Center. (n.d.). The 1987 presidential election. Wilson Center Digital Archive. Diakses pada 24 September 2025, dari https://www.wilsoncenter.org/publication/the-1987-presidential-election
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!