Cinta sering dibilang mampu mengubah banyak hal. Termasuk cara seorang laki-laki memandang dunia. Tiba-tiba ia melihat pengalaman perempuan dengan kacamata yang berbeda.
Ada ide menarik di sini, dan ia punya pijakan pada pengamatan sosial. Bahwa hubungan asmara bisa jadi jalan yang kuat untuk membuat laki-laki sadar soal seksisme.
Isunya penting. Masalahnya, banyak yang tidak sadar. Karena mereka tidak pernah mengalaminya sendiri.
Bukan sekadar dugaan. Ini proses psikologis yang bisa dijelaskan secara ilmiah.
Logikanya sederhana. Seorang laki-laki menjalani hubungan.
Ia mendengar cerita pasangannya tiap hari. Tentang pendapat yang diabaikan di rapat. Tentang candaan tak pantas dari rekan kerja.
Awalnya mungkin hanya lewat begitu saja. Namun seiring waktu, sesuatu bergeser. Ikatan emosional makin dalam. Cerita-cerita itu meresap.
Proses ini dikenal sebagai perspective-taking. Dimana seseorang mencoba menapaki dunia orang lain. Melihat dari sudut pandang berbeda (Tirto.id, 2025).
Laki-laki itu mulai bertanya pada diri sendiri. Bagaimana jika itu terjadi padanya. Atau pada orang yang ia sayangi.
Pelan-pelan empati tumbuh. Isu yang dulu terasa abstrak berubah menjadi urusan pribadi.
Bentuk ketidakadilan itu beragam. Tidak melulu pelecehan yang terang-terangan.