Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Optimisme Pekerja Indonesia di Tengah Badai PHK Global Akibat AI

25 September 2025   13:00 Diperbarui: 20 September 2025   17:32 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecerdasan buatan memicu perdebatan di banyak negara. Isunya panas bukan main.

Orang membahasnya di ruang rapat, di media, juga di warung kopi. Nada yang terdengar campur aduk, cemas sekaligus berharap.

Tapi obrolannya sering terjebak pada dua kutub saja. AI akan menghapus banyak pekerjaan, atau justru membuka lowongan baru.

Kenyataannya lebih ruwet dari itu. Ini bukan sekadar manusia lawan mesin. Ini tentang bagaimana cara kita bekerja, berkarya, dan menilai sebuah keahlian ikut bergeser.

Di negara maju, dampaknya sudah terasa. Lihat Amerika Serikat. Berbagai laporan media menunjukkan hal yang jelas.

Ribuan orang kehilangan pekerjaan setelah perusahaan menerapkan AI (CBS News, 2024). Perusahaan besar bergerak cepat mengejar efisiensi. Mengotomatisasi banyak proses.

Tugas administratif mulai dialihkan ke sistem. Peran kreatif tingkat awal pun ikut tersisih.

Algoritma bekerja jauh lebih cepat dengan biaya lebih rendah. Wajar kalau kegelisahan merebak. Banyak pekerja khawatir masa depannya digulung gelombang teknologi baru.

Menariknya, cerita yang terdengar di Indonesia justru berbeda.

Di tengah kecemasan global, banyak pekerja di sini cenderung optimis. Bahkan tinggi sekali tingkat optimisnya.

Mayoritas tidak melihat AI sebagai ancaman utama, melainkan peluang. Mereka percaya AI bisa mendongkrak produktivitas dan membuka jalan untuk belajar keterampilan baru yang relevan. Temuan ini muncul dalam survei “Hopes and Fears” (PwC Indonesia, 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun