Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Di Balik Mundurnya Bank Asing, Ada Cerita Kompetisi Ketat

25 September 2025   11:00 Diperbarui: 20 September 2025   17:33 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh bank umum milik swasta asing adalah Citibank yang berasal dari Amerika Serikat.(AFP/TIMOTHY A CLARY via Kompas.com)

Bank-bank asing mulai angkat kaki dari bisnis ritel. Wajar kalau banyak yang bertanya-tanya.

Ada yang menilainya sebagai kerugian besar. Ada juga yang melihat sisi terangnya. Bagi sebagian orang, ini justru tanda kedewasaan pasar keuangan kita.

Alasan resmi yang selalu muncul terdengar rapi: perubahan strategi. Ini bagian dari strategi bisnis global.

Para raksasa ingin fokus ke perbankan institusional. Buktinya tampak dari rangkaian aksi korporasi.

Unit konsumer mereka dialihkan ke pemain regional. Citigroup mencatat langkah itu pada 2023. Commonwealth Bank Australia menyusul pada 2024.

Sejumlah pasar ritel mereka dilepas, termasuk Indonesia. Tujuannya efisiensi perusahaan. Narasi seperti ini mudah diterima publik.

Tetapi cerita lengkapnya tidak sesederhana itu. Menganggap semua ini murni soal strategi global jelas terlalu ringkas.

Ada faktor domestik yang ikut bermain dan tidak bisa diabaikan. Persaingan makin tajam. Bank digital lokal mengubah permainan. Fintech juga demikian. McKinsey & Company pada 2022 menuliskannya.

Mereka bergerak lincah, mudah diakses, dan berani menyasar segmen yang dulu kurang terlayani bank.

Di sisi lain, struktur biaya operasional bank asing terasa berat. Sulit menandingi efisiensi para pendatang baru.

Ini bukan sekadar pindah fokus. Bisa jadi ini juga soal kalah bersaing.

Margin ritel makin tipis. Apalagi jika dibandingkan dengan agresivitas pemain digital di Indonesia.

Kompetisi membuat biaya akuisisi nasabah meroket. Mendapatkan nasabah baru jadi semakin mahal.

Ada narasi lain yang sering muncul. Hengkangnya bank asing membawa berkah bagi bank lokal karena portofolio nasabah bisa diakuisisi.

Kedengarannya seperti kemenangan mudah. Nyatanya, pekerjaan sesungguhnya baru dimulai setelah tanda tangan selesai.

Integrasi adalah proyek raksasa dengan risiko besar. PwC Indonesia sudah lama mengingatkan hal ini.

Menggabungkan sistem perbankan saja sudah rumit. Menyatukan dua budaya kerja tidak kalah menantang.

Lalu ada isu loyalitas nasabah. Banyak nasabah terbiasa dengan layanan premium.

Tidak semua akan mulus beradaptasi. Jika pengalaman yang ditawarkan bank lokal tidak setara, mereka bisa pindah hati kapan saja.

Karena itu, sudut pandang yang lebih seimbang terasa lebih membantu. Kepergian bank asing bukan cerita kegagalan.

Ini cermin evolusi pasar. Pasar keuangan Indonesia tumbuh cepat.

Pemain lokal membangun keunggulan kompetitif. Mereka paham konteks setempat dan lebih cepat menyesuaikan diri dengan keinginan konsumen.

Intinya, panggung utama perbankan ritel kini kian dikuasai pemain domestik. Para raksasa global tidak pergi karena pasar jelek.

Mereka pergi karena pasarnya sudah terlampau kompetitif untuk model bisnis mereka. Fenomena ini menandai babak baru perbankan Indonesia. Saat bank-bank lokal benar-benar menjadi tuan di rumah sendiri.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun