Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Duka Ambigu Saat Kehilangan Tak Pasti

25 September 2025   03:00 Diperbarui: 20 September 2025   17:16 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (THINKSTOCK.COM via Kompas.com)

Kata duka sering langsung membuat kita ingat pada kematian. Ada nisan, ada upacara, ada momen pelepasan yang jelas. Semua terasa tertata.

Tapi ada jenis duka lain yang tak punya penanda. Tak ada nisan, tak ada akhir yang pasti.

Kehilangan yang satu ini menggantung. Inilah yang dikenal sebagai kehilangan yang ambigu.

Istilah itu diperkenalkan oleh Dr. Pauline Boss melalui situs resminya, AmbiguousLoss.com. Ia psikolog ternama yang meneliti keluarga tentara Amerika pada masa Perang Vietnam.

Banyak prajurit hilang tanpa kabar. Tak ada berita apakah mereka masih hidup atau sudah gugur.

Ketidakpastian semacam ini melahirkan duka yang berbeda. Proses berduka seolah membeku karena tak ada kepastian yang bisa dipegang.

Menurut Boss, kehilangan ambigu punya dua bentuk utama, seperti dijelaskan juga oleh Verywell Mind pada 2022.

Pertama, seseorang pergi secara fisik, tetapi secara psikologis masih begitu hadir. Contohnya keluarga korban penculikan, atau mereka yang ditinggal pergi tanpa jejak.

Wujudnya hilang, namun kenangan dan harapan terus menempel. Pertanyaan tak ada habisnya: kalau masih hidup, di mana ia berada? Kalau sudah meninggal, di mana makamnya?

Bentuk kedua justru kebalikannya. Seseorang hadir di depan mata, tetapi secara psikologis ia seperti sudah tak ada.

Demensia adalah contoh yang paling mudah terlihat, dan ini melumpuhkan duka keluarga sebagaimana dibahas dalam Jurnal Bereavement Care tahun 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun