Nama Ibu Sud sudah masuk ranah legenda. Ia dikenal sebagai legenda musik anak Indonesia (Perpustakaan Nasional RI, 2022).
Lagu-lagunya identik dengan kegembiraan yang jernih, terasa polos, dan menggambarkan dunia anak-anak dengan indah. Nada dasarnya sangat positif.
Hampir semua dari kita akrab dengan melodinya. Ambil contoh "Lihat Kebunku", cerita sederhana tentang bunga.
Ada juga "Burung Kutilang", si burung yang bersiul di pucuk cemara. "Naik Delman" pun populer, disusul "Menanam Jagung" dan "Tik Tik Hujan".
Lagu-lagu itu menunjukkan keahliannya menangkap realitas sehari-hari yang sederhana lalu mengubahnya menjadi nyanyian yang ceria (Kompas.com, 2022).
Masalahnya, zaman sudah bergerak jauh. Pertanyaan pun muncul. Apakah lagu-lagunya masih terasa dekat?
Anak-anak sekarang tumbuh di ekosistem yang berbeda. Mereka adalah generasi digital.
Gawai dan internet menemani waktu main. Sementara imajinasi dibentuk oleh arus konten dari seluruh dunia yang serba cepat dan dinamis.
Apakah lagu tentang becak masih nyambung? Banyak anak berangkat dengan mobil atau ojek.
Becak mungkin terdengar seperti benda museum. Wacana soal krisis lagu anak juga sering muncul.
Banyak anak justru lebih hafal lagu orang dewasa. Padahal isinya tidak sesuai usia. Lagu tradisional kerap dicap kuno (CNN Indonesia, 2017).