Saat Pajang mengalami perpecahan, Mataram ikut ambil peran. Mereka berpihak salah satu faksi. Setelah faksi itu menang, Mataram mengambil alih kekuasaan.
Ini menunjukkan bahwa perebutan kekuasaan bukan hanya kekuatan militer. Ini juga soal strategi dan kecerdikan politik.
Kebangkitan Mataram adalah akhir dari dominasi pesisir. Panembahan Senapati berhasil menyatukan pedalaman Jawa (Babad Tanah Jawi).
Mereka membangun kekuasaan berbasis pertanian. Mataram punya tanah subur. Hasil buminya melimpah. Mataram bisa menopang pasukan yang besar. Mereka tidak lagi bergantung pelabuhan.
Akhirnya, kekuatan di pedalaman lebih kuat. Kekuatan ini bertahan sampai berabad-abad. Sementara itu, kerajaan di pesisir perlahan meredup.
Cerita ini memberikan pelajaran penting. Sejarah tidak selalu berulang. Pergeseran pusat kekuasaan di Jawa bukan takdir. Itu hasil dari banyak keputusan.
Keputusan itu diambil pemimpin yang cerdas. Mereka tahu kelemahan lawan. Mereka memanfaatkan situasi politik yang kacau.
Pergeseran ini menunjukkan kekuasaan tidak harus di laut. Kekuatan sejati juga bisa ada di pedalaman.
***
Referensi:
- de Graaf, H. J. (1974). Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Grafitipers.
- Muljana, S. (2005). Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara. LKIS Pelangi Aksara.
- Tim Penulis. (n.d.). Babad Tanah Jawi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI