Masuk angin sering dianggap penyakit sungguhan. Anggapan ini begitu lekat. Gejalanya sangat banyak.
Mulai dari pusing, mual, pegal-pegal. Juga ada perut kembung. Namun, para ahli medis punya pandangan berbeda.
Mereka menganggap masuk angin bukanlah penyakit. Fenomena ini tidak memiliki tempat di medis. Tidak ada diagnosa bernama masuk angin (Kumparan, 2024).
Gejala yang disebut masuk angin sebenarnya indikasi penyakit lain. Contohnya, rasa pusing dan mual.
Itu bisa menandakan infeksi virus. Bisa juga masalah pencernaan. Pegal-pegal dan meriang sering mengarah ke flu.
Konsep masuk angin disebut "sindrom budaya." Ini adalah kondisi yang diakui. Tetapi tidak ada di medis global.
Peneliti menemukan istilah serupa di negara lain. Contohnya di Prancis dan Vietnam.
Ini menunjukkan setiap budaya punya cara. Mereka menjelaskan rasa tidak enak badan (Cekfakta, 2024).
Sistem medis tradisional juga memainkan peran besar. Di Indonesia, kerokan metode pengobatan populer.
Menurut Didik Gunawan Tamtomo, kerokan memicu pelebaran. Pembuluh darah di bawah kulit melebar. Ini memberi sensasi hangat.
Sensasi ini membuat nyaman. Namun, sensasi ini tidak menyembuhkan masalah. Ini hanya meredakan gejala.