Sebuah film sering dinilai dari dua sisi. Sisi itu saling bertolak belakang.
Sisi pertama adalah soal kemampuan dagangnya. Kemampuan itu harus bisa menghibur penonton.
Produk dagang harus bisa laku keras. Penonton juga harus merasa sangat puas.
Sisi kedua adalah peran produk budaya. Peran itu harus bisa mencerahkan penonton. Apakah film itu memberi wawasan baru? Apakah ia berani membongkar hal terlupakan?
Film "Gowok: Kamasutra Jawa" adalah contohnya. Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Karyanya berdiri di tengah perdebatan krusial (ANTARA News).
Film ini memang dirancang untuk sukses. Ia dirancang untuk sukses secara komersial.
Film ini memilih cerita cinta. Cerita cinta menjadi mesin utama plot.
Formula ini sudah terbukti sangat ampuh. Formula itu menarik minat banyak penonton.
Ini adalah strategi penyutradaraan yang cerdas. Tema sejarah kompleks dibungkus narasi populer.
Tujuannya tentu sangat jelas. Agar pesan sejarahnya menjangkau audiens luas.
Tidak semua film harus menjadi kajian berat. Hiburan populer bisa menjadi pintu masuk. Pintu masuk untuk diskusi lebih serius.