Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kisah Kafe Sebagai Ruang Ketiga Para Pekerja Urban

17 Agustus 2025   13:00 Diperbarui: 14 Agustus 2025   15:50 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa orang mengerjakan tugas di Baratdaya Coffee Depok(Instagram/@baratdayacoffee.depok via Kompas.com)

Banyak pekerja merasa lebih fokus di sana. Mereka merasa lebih produktif di lingkungan ini.

Namun, asumsi produktivitas ini perlu diuji. Apakah semua orang produktif di kafe? 

Kenyataannya, hal itu belum tentu benar. 

Bagi sebagian orang, keramaian itu mengganggu. Fokus mereka bisa buyar dengan mudah. Efektivitas bekerja di kafe sangat personal. 

Ini bergantung pada sifat individu masing-masing. Ide kafe sebagai ruang ketiga juga diperdebatkan. 

Oldenburg menyebut ruang ketiga tidak mengenal status. Kenyataannya, harga di kafe tidaklah murah. 

Ini membuat kafe menjadi ruang eksklusif. Fenomena ini bisa menjadi penanda status sosial.

Di sisi lain, ada konflik kepentingan. Ada benturan antara pengunjung dan pemilik. Pengunjung ingin nyaman dengan biaya minimal. 

Pemilik kafe harus memastikan bisnisnya untung. Muncullah fenomena "rojali" atau rombongan jarang beli. Istilah ini ramai dibahas media massa (Detik Food, 2024). 

Praktik ini tentu saja sangat merugikan bisnis. Sebagai respons, banyak kafe membuat kebijakan. Misalnya ada pembatasan durasi pemakaian WiFi. Ini bukan aturan kaku semata. Ini adalah strategi untuk bertahan hidup.

Pada akhirnya, bekerja di kafe fenomena sosial kompleks. Ini bukan sekadar kelanjutan tradisi intelektual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun