Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tragedi Pagaruyung, Perpecahan Internal Minangkabau di Depan VOC

12 Agustus 2025   11:00 Diperbarui: 11 Agustus 2025   13:43 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Replika Istana Pagaruyung di Sumatera Barat.(Wikimedia Commons via Kompas.com)

Kisah perlawanan di Sumatra sering digambarkan heroik. Kisah itu terjadi pada abad delapan belas. Narasinya tentang pangeran-pangeran Minangkabau gagah berani. Mereka disebut menggempur VOC tanpa kenal lelah. 

Namun cerita aslinya ternyata lebih kompleks. Cerita itu tidak sesederhana narasi umumnya. Ini mungkin bukan satu gerakan perlawanan besar. 

Gerakan itu tidak dikoordinasikan dengan sangat baik. Ini terlihat seperti serangkaian konflik terpisah. Konflik dipicu oleh berbagai kepentingan faksi rumit. Perebutan pengaruh juga menjadi pemicu utamanya.

Pemicu utamanya adalah kondisi internal Kerajaan Pagaruyung. Sultan Alif wafat pada tahun 1680. 

Setelah itu kerajaan mengalami ketidakstabilan politik parah. Terjadi perebutan kekuasaan internal secara sengit. 

Ada tiga pangeran yang saling bersaing. Setiap pangeran merasa paling berhak atas takhta. Kondisi internal ini menjadi panggung utama peristiwa. Kerapuhan ini menjadi faktor krusial kemunduran (Minangsatu.com). 

VOC sudah bercokol kuat sekali di Padang. Mereka melihat celah strategis dari perpecahan itu. Mereka bukan hanya pihak yang pasif saja. Mereka adalah pemain politik sangat cerdik. Mereka juga pemain politik yang oportunistis.

Konflik yang meletus didorong oleh motif ekonomi. Motifnya bukan semangat anti-kolonial yang murni. 

Para pangeran turun ke wilayah pesisir. Mereka datang bukan hanya karena idealisme. Mereka datang untuk menuntut upeti atau emas. 

Mereka berambisi menguasai kembali jalur perdagangan. Jalur itu untuk komoditas sangat berharga. Komoditas itu seperti lada dan juga emas (ResearchGate, 2023). 

Sebelum VOC dominan, pesisir menyetor upeti rutin. Upeti itu disetor ke kerajaan di pedalaman. VOC lalu mengambil alih kontrol ekonomi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun