Malam hari suasananya sangat sunyi. Tiba-tiba terlihat seseorang sedang berjalan. Dia berjalan di dalam rumah. Matanya terbuka dengan tatapan kosong. Pemandangan ini dapat memicu ketakutan.Â
Lalu muncul sebuah pertanyaan penting. Haruskah ia segera dibangunkan? Banyak orang sangat meyakini sesuatu. Membangunkan orang tidur berjalan berbahaya.Â
Mitos itu telah beredar luas. Tindakan ini bisa memicu jantung. Bahkan dapat menyebabkan kerusakan otak. Namun apakah klaim itu benar? Apakah ada dasar ilmiah kuat? Mari kita telusuri semua faktanya.
Fenomena tidur berjalan disebut somnambulisme. Ini adalah salah satu bentuk parasomnia. Parasomnia adalah perilaku abnormal tidur (Siloam Hospitals).Â
Kondisi ini terjadi saat seseorang bangkit. Mereka bangkit dari tidur nyenyaknya. Lalu melakukan aktivitas orang sadar (Scribd, 2019).Â
Tidur berjalan terjadi pada fase tidur. Yaitu pada fase tidur terdalam. Fase itu adalah NREM tahap 3. Aktivitas otak berada level minimal. Sehingga mereka sulit sekali dibangunkan (KlikDokter).Â
Hal ini juga didukung data lain (Digilib Unila, 2023). Jika mereka berhasil dibangunkan paksa. Mereka akan menjadi sangat bingung. Mereka juga mengalami disorientasi parah. Kondisi ini dapat memicu reaksi. Reaksi agresif muncul karena terkejut (KlikDokter).
Mitos membangunkan penderita tidur berjalan. Dapat sebabkan serangan jantung fatal. Atau bahkan kerusakan pada otak. Mitos itu tidak didukung bukti (Turubed).Â
Para ahli medis telah menegaskannya. Lonjakan adrenalin akibat rasa kaget. Masih dapat ditoleransi oleh tubuh (Hello Sehat).Â
Hal ini juga didukung Alodokter. Bahaya sejati tidur berjalan berbeda. Bukan terletak pada proses membangunkannya. Melainkan pada aktivitas penderita sendiri (Halodoc).Â
Saat mereka sedang tidak sadarkan diri (Alodokter). Mereka berisiko mengalami kecelakaan fatal. Seperti risiko terjatuh dari tangga. Mereka bisa keluar rumah lalu tersesat. Bahkan menggunakan benda sangat tajam. Semua dilakukan tanpa menyadarinya (Halodoc).