Tiongkok memiliki ambisi yang sangat besar. Mereka ingin mendominasi dunia AI. Targetnya adalah pada tahun 2030. Strategi ini sudah dirancang sangat lama.Â
Pemerintah Tiongkok merilis sebuah rencana. Ini dilakukan pada tahun 2017. Nama rencana itu "New Generation Artificial". Juga disebut "Intelligence Development Plan". (Future of Life Institute, 2017; Taylor & Francis, 2022).
Rencana ini menjadi sebuah cetak biru. Tujuannya dibuat dengan sangat jelas. Yaitu menjadikan Tiongkok pusat inovasi. Pusat inovasi AI utama dunia. (Data Governance Hub at GWU).
Pendekatan Tiongkok unik dan sangat berbeda. Ini berbeda dengan negara-negara Barat. Terutama berbeda dengan Amerika Serikat (AS). Di sana perkembangan AI digerakkan swasta. Seperti perusahaan OpenAI, Google, dan Meta. (Academia.edu, 2020).Â
Di Tiongkok, inisiatif AI sangat terpusat. Pemerintah mengawasi serta mendanai proyeknya. Pendanaan diberikan dalam jumlah sangat besar. (Techwire Asia, 2025).Â
Ini adalah kolaborasi yang sangat besar. Antara negara dengan perusahaan teknologi raksasa. Seperti Alibaba, Tencent, dan juga Huawei. (Atlas Institute).
Keberhasilan Tiongkok mulai terlihat sekarang. Yaitu melalui model AI seperti DeepSeek. Juga melalui model bernama Qwen 2.5. (South China Morning Post, 2025; Axios, 2025).Â
Model-model ini sering disebut mampu menyaingi. Bahkan bisa melampaui produk buatan Barat. Klaim tersebut didukung oleh data independen. (Visual Capitalist; Artificial Analysis, 2025).Â
Namun, ada hal yang perlu dicermati. Tolok ukur AI tidak selalu akurat. Itu tidak mencerminkan kinerja dunia nyata. Ada kemungkinan modelnya dioptimalkan secara spesifik. Tujuannya untuk hasil bagus saat pengujian. (Technology Review, 2025).
Tiongkok menghadapi suatu tantangan yang besar. AS mulai membatasi ekspor chip canggih.Â
Pembatasan itu sejak tahun 2019. Kebijakan ini terus menerus diperketat. Tujuannya memperlambat kemajuan AI Tiongkok. (Center for Strategic and International Studies; Center for European Policy Analysis).Â