Kecerdasan buatan sedang ramai dibicarakan. Satu pekerjaan baru pun mencuat. Pekerjaan itu adalah prompt engineer. Posisi ini disebut gerbang emas. Terutama di era kecerdasan buatan.Â
Banyak orang melihatnya profesi bagus. Profesi ini bergaji tinggi. Masa depannya juga terlihat cerah. Namun perlu ditelaah lebih jauh. Apakah hal ini benar demikian?
Munculnya prompt engineer adalah cerminan. Cerminan dari fase awal perkembangan AI. Teknologi baru selalu butuh penerjemah. Penerjemah menjembatani kemampuan mesin. Serta menjembatani keinginan dari manusia.Â
Prompt engineer menjadi jembatan tersebut. Mereka merancang instruksi khusus. Agar AI menghasilkan respons harapan. Gaji besar yang ditawarkan menggiurkan.Â
Data menunjukkan gaji prompt engineer. Di Amerika Serikat gajinya tinggi. Berkisar $95.000 hingga $375.000 per tahun. Mediannya sekitar $117.000 (Refontelearning, 2025; Levels.fyi).Â
Di Indonesia gajinya juga kompetitif. Berkisar antara 400.000 hingga 1.600.000. Gaji ini dihitung per tahun (Glassdoor).Â
Angka ratusan ribu dolar AS itu. Bukanlah sebuah isapan jempol belaka. Namun ini adalah sebuah tanda. Tanda kelangkaan sumber daya manusia. SDM ahli di bidang baru.Â
Sejarah teknologi menunjukkan pola berulang. Pekerjaan spesialis bersifat sementara. Terutama di awal adopsi teknologi.Â
Seiring waktu teknologi lebih mudah. Kebutuhan spesialis murni akan berkurang. Ini bagian evolusi alami teknologi. Serta bagian evolusi pasar kerja (Upgrad; DigitalDefynd).
Ada satu hal penting terlupakan. Kecerdasan buatan itu terus belajar. Model AI generatif makin canggih. Kemampuannya memahami konteks meningkat. Kemampuan memahami niat pengguna meningkat (Morgan Stanley, 2025; C-SharpCorner).Â
Apa artinya ini bagi prompt engineer? Mungkin di masa depan nanti. Kita tak perlu instruksi detail. AI bisa memahami perintah sederhana. AI bahkan bisa membuat prompt sendiri (TechSpot, 2024; Ethan Mollick/LinkedIn).Â