Akhirnya, Kampung Ondomohen ikut lomba. Itu terjadi pada tahun 2016. Meskipun tidak masuk tiga besar. Partisipasi meningkatkan kesadaran warga. Warga kini menjaga lingkungan (Tribunnews, 2019; Surabaya Tribunnews, 2022).
Di Ondomohen, urban farming berkembang. Tidak hanya menanam sayuran. Warga juga tanam keras. Ada mangga, sirsak, dan jambu air. Buahnya bisa dikonsumsi warga. Daunnya bermanfaat sebagai herbal (Tirto.id, 2023).Â
Selain itu, warga mengubah selokan. Itu menjadi kolam ikan. Kolam ini dikenal "Kolam Gendong" (Youtube @SBO TV, 2020; Times Indonesia, 2020).Â
Dalam selokan, dipasang pipa. Pipa saluran limbah rumah tangga. Ukurannya enam inci. Ini untuk "menggendong" limbah. Agar tidak mencemari air kolam.
Hasil budidaya ikan sangat dirasakan. Ikan lele dan gurami banyak. Warga menggunakannya untuk konsumsi. Ikan juga banyak dijual.Â
Pada masa awal budidaya. Sekitar 1.000 bibit lele ditebar. Panen awal diklaim hasilkan Rp12 juta. Angka ini tidak didukung resmi. Tidak ada catatan yang terbuka (Tirto.id, 2023; Tribunnews, 2019).Â
Budidaya ikan ini punya tantangan. Lele bersifat kanibal. Nila juga bisa makan telur sendiri. Pemisahan ikan sangat penting.
Inovasi di Ondomohen terus berlanjut. Pengelolaan sampah plastik ditingkatkan. Botol plastik tidak hanya dijual. Itu diubah jadi kerajinan tangan.Â
Namanya ecobrick. Salah satu produknya sofa. Sofa dibuat dari botol plastik. Harga jualnya bisa Rp150 ribu. Pernah dipesan Universitas Kristen Petra (Tirto.id, 2023; Times Indonesia, 2020).
Inovasi terbesar yaitu pemasangan PLTS. Itu Pembangkit Listrik Tenaga Surya.Â
Tahun 2022, mahasiswa IT Telkom datang. Mereka menjalankan program pengabdian masyarakat. Mereka usulkan PLTS untuk perekonomian. Proposal mendapat sokongan dana. Dana sebesar Rp50 juta. Dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).Â