- Bukan Cuma Terima, Tapi Juga Ngajar.Â
Yang bikin kaget, banyak agamawan asing. Mereka datang karena merasa tertarik. Mereka dengar ada banyak guru hebat. Guru-guru itu ada di Nusantara.Â
Misalnya, Biksu Fa Xian. Ia berasal dari Tiongkok. Dia terdampar di Jawa. Itu terjadi pada tahun 414 M.Â
Dia melihat masyarakat Tarumanegara. Masyarakatnya sudah sangat plural. Walau penganut Buddha masih sedikit. Ada penganut ajaran Weda. Ada juga penganut agama lokal (Tirto.id, 2019).Â
Sementara itu, ada kisah lain. Kisah tentang Resi Agastya. Juga kisah Raja Panangkaran.Â
Kisah Resi Agastya dalam epos Ramayana. Kisah itu lebih bersifat mitologis. Bukti arkeologis mengenai Raja Panangkaran. Bukti ia mengundang agamawan dari Bengal.Â
Bukti itu belum ditemukan. Belum ada dalam bukti primer. Seperti dalam sebuah prasasti (Tirto.id, 2019). Meskipun demikian, kisah-kisah ini menunjukkan sesuatu. Ada penghormatan terhadap ajaran. Ajaran yang menyebar dari timur.
- Sriwijaya Pusat Ilmu Dunia.Â
Ada biksu Tiongkok lain. Namanya Yijing (I'Tsing). Ia tinggal di Sriwijaya. Itu pada tahun 671 M (Wikipedia).Â
Dia bilang, orang Sumatera jago. Mereka jago dalam "Pancavidya".Â
Ia merekomendasikan biksu Tiongkok. Agar belajar dulu bahasa Sanskerta. Belajar di Sriwijaya selama enam bulan. Sebelum mereka melanjutkan ke Nland, India (Historia.id, 2018; Wikipedia).Â
Artinya, Sriwijaya adalah kerajaan maritim. Kerajaan yang pernah sangat besar. Ia juga semacam universitas internasional. Universitas untuk mendalami ilmu agama.Â
Situs arkeologi seperti Muara Jambi. Situs itu menjadi saksi bisu. Saksi kejayaan pusat pendidikan Buddha. Pendidikan di masa lampau (UGM CRCS, 2021).
- Guru dari Nusantara Diakui Dunia.Â
Puncaknya adalah Atisa Dipamkara (982--1054 M). Ia biksu penting dari Bangladesh. Ia belajar sekitar 12 tahun. Dari tahun 1012 hingga 1023 M.Â
Ia belajar di Swarnadwpa (Sumatera). Ia belajar pada seorang guru. Gurunya bernama Dharmakirti. Atau Serlingpa Dharmakirti (Liputan6.com, 2020; Wikipedia).Â
Atisa ini yang kemudian membawa ajaran. Ajaran penting itu ke Tibet. Kalau guru sekelas Atisa mau belajar? Belajar jauh-jauh sampai ke sini?Â
Artinya ilmu di Nusantara luar biasa. Bukankah begitu? Ini menunjukkan betapa hebatnya. Betapa hebatnya nenek moyang kita.Â
Namun, perlu dicatat sesuatu. Pada abad ke-11, ada invasi. Invasi dari Chola di India Selatan. Invasi itu sempat melemahkan Sriwijaya.Â
Hal itu kemungkinan mempengaruhi stabilitas. Stabilitas pusat-pusat pembelajaran agama di sana (Wikipedia).
Pelajaran pentingnya adalah ini. Keberagaman agama di Indonesia. Itu tidak datang begitu saja. Itu hasil pertukaran ilmu. Pertukaran ilmu yang sangat panjang.Â
Kita harus merasa bangga. Karena nenek moyang kita punya peran. Peran besar dalam sejarah agama dunia. Bukan cuma sebagai seorang murid. Tapi juga sebagai seorang guru.
Semoga kisah ini membuat kita. Membuat kita makin cinta Indonesia. Kita punya akar sejarah kuat. Akar yang patut kita banggakan.
***
Referensi:
- Liputan6.com. (2020). Jejak Hikayat Atisa dan Maha Guru Dharmakirti di Swarnadwipa Muarajambi. Diakses dari https://www.liputan6.com/regional/read/4192288/jejak-hikayat-atisa-dan-maha-guru-dharmakirti-di-swarnadwipa-muarajambi
- Wikipedia. Yijing (monk). Diakses dari https://en.wikipedia.org/wiki/Yijing_(monk)
- Historia.id. (2018). Guru Buddha Terkemuka Belajar di Sriwijaya. Diakses dari https://www.historia.id/article/guru-buddha-terkemuka-belajar-di-sriwijaya-6ljg3
- UGM CRCS. (2021). A Great Buddhist University in a Jambi Muslim Village. Diakses dari https://crcs.ugm.ac.id/a-great-buddhist-university-in-a-jambi-muslim-village/
- Tirto.id. (2019). Senarai Kisah Kedatangan Agamawan Asing di Nusantara Kuno. Diakses dari https://tirto.id/senarai-kisah-kedatangan-agamawan-asing-di-nusantara-kuno-g3xt
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI