Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Sebuah Pertaruhan Bernama Novel Baswedan

18 Juni 2025   17:53 Diperbarui: 18 Juni 2025   18:14 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Baswedan. (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

"Satu nama, Novel Baswedan, kembali terdengar. Nama yang bukan sekadar nama. Tapi sebuah pengingat. Tentang integritas yang pernah coba dipadamkan."

Novel, eks penyidik KPK yang 'disingkirkan'. Kini ditunjuk Kapolri untuk mengurus penerimaan negara. Menurut saya, ini bukan sekadar jabatan. Ini adalah ujian bagi sistem itu sendiri. Apakah integritas individu benar-benar bisa diberi ruang bekerja?

---

Kembalinya Novel Baswedan, adalah pertaruhan dengan dua sisi mata uang. Di satu sisi, ini kesempatan emas. Untuk membuktikan seorang profesional berintegritas bisa memperbaiki kebocoran sistem. Dari dalam.

Di sisi lain, saya khawatir. Apakah sistem yang sama. Yang dulu ditinggalkannya. Justru akan menumpulkan ketajamannya?

Sisi Terang vs Sisi Gelap

Setelah membaca artikel "Profil Novel Baswedan, Eks Penyidik KPK yang Jadi Wakil Kepala Satgassus Optimalisasi Penerimaan Negara" di Kompas.com, saya mencoba memetakan dua sisi mata uang ini. Di benak saya, beginilah bentuknya:

  • Sisi Terang (Harapan): Keahlian yang tak ternilai.

    Artikel ini mengingatkan saya pada rekam jejak Novel menangani kasus besar. Seperti simulator SIM. Menempatkan orang yang paham betul cara kerja korupsi di pos penerimaan negara adalah langkah logis.

    Novel tahu di mana celah-celah kebocoran itu ada. Dan bagaimana cara menambalnya. Bukan sekadar tahu teori korupsi. Tapi juga soal pengalaman lapangan yang berharga dalam penyelamatan uang negara.

  • Sisi Gelap (Risiko): Hantu masa lalu bernama intervensi.

    Alasan utama Novel keluar dari Polri. Adalah menjaga independensi dari atasan. Pertanyaan saya sederhana. Apa sekarang berbeda? Risiko ruang geraknya akan dibatasi secara halus oleh struktur komando yang sama, sangat nyata.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Hukum Selengkapnya
    Lihat Hukum Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun