Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kuliah Mahal, Tapi Pekerjaan Impian Jauh dari Nyata

17 Mei 2025   21:00 Diperbarui: 17 Mei 2025   17:06 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biaya kuliah terus melonjak, tapi apakah pendidikan tinggi benar-benar membuka pintu kesuksesan yang dijanjikan?

Pendidikan tinggi di Indonesia dianggap alat untuk meningkatkan kualitas hidup. Namun, seringkali dirasakan sebagai beban ekonomi yang besar bagi keluarga. 

Biaya pendidikan semakin melambung tinggi. Kurikulum pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan industri 5.0. Akibatnya, relevansi pendidikan tinggi di Indonesia dipertanyakan. 

Pendidikan tinggi menjadi "janji palsu" bagi keluarga. Mereka merasa tidak mendapatkan imbal hasil yang setimpal.

Investasi Mahal Minim Relevansi dengan Industri 5.0

Di Indonesia, biaya pendidikan tinggi terus naik. Universitas Indonesia menetapkan biaya yang sangat variatif. Biaya pendidikan per tahunnya berkisar antara Rp 4,5 juta hingga Rp 120 juta. 

Angka ini bergantung pada program studi yang dipilih mahasiswa. Perguruan tinggi negeri lain juga memberlakukan UKT. UKT berkisar antara Rp 500 ribu hingga Rp 14,5 juta per semester. 

Besarnya biaya ini menjadi beban tambahan bagi keluarga. Beban ini terasa terutama bagi keluarga dengan lebih dari satu anak kuliah (Kompas, 2025).

Biaya pendidikan tinggi yang tinggi tidak diimbangi kualitasnya. Pendidikan tinggi harusnya berfungsi sebagai investasi keterampilan. 

Namun, banyak lulusan kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai bidang studi. Banyak dari mereka terpaksa bekerja di sektor yang tidak relevan. 

Mereka bekerja di sektor yang berbeda dari apa yang dipelajari. Ini menunjukkan ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan industri 5.0. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun