Namun, seperti yang sering terjadi dalam politik. Bulan madu ini tidak berlangsung lama. Â
2016: Gelombang Kritik dan Perpecahan Politik Â
Dua tahun berlalu, dan Jokowi menghadapi ujian besar. Salah satunya adalah kasus yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).Â
Kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Isu agama dan politik bercampur. Menciptakan polarisasi tajam di masyarakat. Â
Di tahun ini, band grindcore Rajasinga merilis Masalah Kami di Negeri Ini. Mencerminkan keresahan publik terhadap berbagai peristiwa politik. Lagu ini penuh amarah. Seperti jeritan protes terhadap keadaan yang dirasa tidak adil. Â
Pada masa ini, citra Jokowi yang awalnya merakyat mulai menghadapi tantangan. Demonstrasi besar-besaran. Perdebatan di media sosial. Dan perpecahan politik semakin terlihat jelas. Â
2020: Pandemi, Ketakutan, dan Refleksi Â
Tidak ada yang menduga bahwa 2020 jadi tahun yang begitu berat bagi seluruh dunia. Pandemi COVID-19 mengubah segalanya. Membatasi pergerakan. Mengubah cara hidup. Dan mengguncang ekonomi. Â
Di tengah situasi ini, Nadin Amizah merilis Bertaut. Lagu yang jadi simbol refleksi kolektif selama pandemi. Dengan lirik melankolis dan penuh makna. Lagu ini menangkap perasaan banyak orang yang tiba-tiba merasa kecil di tengah ketidakpastian.
Pandemi adalah ujian besar bagi pemerintahan Jokowi. Kebijakan seperti PSBB. Bantuan sosial dan vaksinasi massal jadi langkah penting dalam krisis.Â
Namun, tidak semua berjalan mulus. Kritik terhadap penanganan pandemi pun bermunculan. Terutama dalam hal komunikasi kebijakan yang membingungkan. Â
2022: Politik Dinasti dan Kekecewaan Publik Â
Dua tahun menjelang akhir masa jabatannya, isu politik dinasti mulai menguat. Wacana perpanjangan masa jabatan presiden. Dan pengaruh Jokowi dalam pemilihan presiden 2024 menimbulkan perdebatan. Â
Pada tahun ini, David Bayu merilis lagu Deritaku. Lagu ini menggambarkan frustrasi publik terhadap keadaan politik yang stagnan. Liriknya seolah jadi cerminan dari mereka yang kecewa dengan arah demokrasi Indonesia. Â