Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

TKA Gantikan UN untuk Pendidikan Lebih Inklusif

28 Februari 2025   18:34 Diperbarui: 3 Maret 2025   16:28 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMK 8 Makassar, 2020. (ANTARA FOTO/ARNAS PADDA via KOMPAS.COM)

TKA menggantikan UN berpeluang mencipta evaluasi pendidikan yang lebih inklusif, adil, dan relevan di Indonesia.

Pendidikan memang selalu jadi topik yang tak pernah habis dibicarakan. Baru-baru ini, ada perubahan besar soal cara evaluasi pendidikan, yaitu dengan mengganti Ujian Nasional (UN) dengan Tes Kompetensi Akademik (TKA). Apa bedanya TKA dengan UN?

Pengenalan TKA sebagai Pengganti UN

TKA menggantikan UN karena adanya kritik terhadap ujian yang dianggap tidak menyeluruh. UN hanya fokus pada ujian tertulis, padahal siswa punya banyak aspek lain yang penting, seperti keterampilan dan kreativitas. 

Makanya, pemerintah memutuskan mengganti UN dengan TKA. TKA akan diterapkan di SMA pada 2025, lalu di SD dan SMP setahun setelahnya.

TKA lebih fleksibel dan adaptif. Kalau UN jadi penentu kelulusan, TKA tidak. TKA hanya jadi indikator kenaikan jenjang pendidikan dan seleksi PTN. TKA ini fokus pada evaluasi proses pendidikan, bukan cuma hasil akhir.

Tapi, apakah perubahan ini benar-benar berdampak positif?

Tantangan dalam Implementasi TKA

Penerapan TKA tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah kesenjangan pendidikan antar daerah. 

Menurut Ferdiyana Indrakusuma di Kompasiana (2021), pendidikan di pedesaan masih jauh tertinggal dibandingkan kota, selisihnya mencapai 20%. Ini jadi masalah besar, apalagi kalau TKA dipakai untuk seleksi PTN.

Siswa dari daerah dengan fasilitas pendidikan terbatas bakal kesulitan. Mereka mungkin tidak punya akses ke pelatihan atau bahan ujian berkualitas. 

Semua itu lebih mudah diakses oleh siswa di kota besar. Tanpa upaya pemerataan, TKA justru bisa memperburuk ketimpangan yang sudah ada.

Pemerintah perlu berusaha keras memastikan kualitas pendidikan setara di semua daerah. Ini termasuk meningkatkan infrastruktur di daerah terpencil, pelatihan guru, dan distribusi materi yang adil.

Peran Penilaian Sekolah dalam Sistem TKA

Meski TKA berpotensi untuk menilai siswa dengan lebih inklusif, penilaian berbasis sekolah tetap krusial. 

Penilaian berbasis sekolah memberi pendekatan yang lebih personal. Tiap siswa punya kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Cara terbaik untuk menilai mereka adalah dengan memahami kondisi masing-masing.

Di banyak sekolah, apalagi di daerah kecil, guru lebih mengenal siswa. 

Mereka bisa memberikan penilaian yang lebih komprehensif. Ini penting, karena tidak semua siswa bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam ujian tertulis seperti TKA. Dengan penilaian berbasis sekolah, siswa bisa berkembang sesuai potensi mereka.

Makanya, TKA nggak boleh menggantikan peran penilaian berbasis sekolah. TKA seharusnya melengkapi dan memperkaya evaluasi pendidikan. 

Gabungan kedua sistem ini akan menciptakan penilaian yang lebih menyeluruh, meliputi kemampuan akademik, keterampilan, dan sikap siswa.

Menyambut Keberagaman

Selain kesenjangan antar daerah, ada satu hal penting dalam TKA, yaitu inklusivitas. Tidak semua siswa belajar dengan cara yang sama. 

Sistem pendidikan kita harus mengakomodasi keragaman ini. Ayu Wulandari di Kompasiana menjelaskan bahwa pendidikan inklusif diperlukan agar semua siswa, termasuk yang berkebutuhan khusus, dapat berkembang.

Contohnya, siswa dengan disabilitas bisa kesulitan dengan ujian tertulis. Untuk mereka, penilaian berbasis proyek atau portofolio lebih efektif. 

Metode ini memungkinkan siswa menunjukkan kemampuan mereka dengan cara yang sesuai. Ini membuka ruang bagi mereka untuk berkembang tanpa terbatas ujian yang nggak adil.

Jika TKA dirancang inklusif, ujian ini tak hanya soal kompetensi. TKA bisa menjadi sarana untuk memastikan pendidikan menjangkau semua siswa. Dengan memberi kesempatan yang sama, kita bisa membuat pendidikan yang lebih adil dan setara.

Kesimpulan

TKA punya potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Jika dilaksanakan dengan benar, TKA bisa menciptakan sistem evaluasi yang lebih adil, fleksibel, dan inklusif. 

Tapi, tantangan besar tetap ada, seperti kesenjangan pendidikan antar daerah. Penilaian berbasis sekolah juga perlu dihargai.

Pemerintah perlu mempersiapkan perubahan ini dengan matang. Akses pendidikan di daerah tertinggal harus ditingkatkan. Kualitas pelatihan guru juga harus diperhatikan. Selain itu, TKA harus mempertimbangkan keberagaman siswa.

TKA diharap lebih dari sekadar ganti nama ujian. Ini tentang memberi kesempatan yang sama bagi setiap siswa. Jika diterapkan dengan baik, TKA bisa menciptakan pendidikan yang lebih merata, adil, dan relevan.

***

Referensi:

  • USSFeed. (n.d.). Kemendikdasmen ganti UN jadi Tes Kemampuan Akademik, Asesmen Nasional tetap penentunya. USSFeed. Retrieved from https:  //ussfeed.  com/kemendikdasmen-ganti-un-jadi-tes-kemampuan-akademik-asesmen-nasional-tetap-penentunya/pop-culture/
  • Sindonews. (n.d.). Tes Kompetensi Akademik jadi pengganti UN, tahun ini bukan penentu kelulusan. Sindonews. Retrieved from https:  //edukasi.sindonews.com/read/1534357/211/tes-kompetensi-akademik-jadi-pengganti-un-tahun-ini-bukan-penentu-kelulusan-1740416568
  • Ruang. (n.d.). Ujian nasional diganti TKA, dampak jadwal 2025. Ruang. Retrieved from https:  //ruang.co.id/ujian-nasional-diganti-tka-dampak-jadwal-2025/
  • Wulandari, A. (2023, June 7). Pentingnya pendidikan inklusif bagi masa depan yang berkeadilan. Kompasiana. Retrieved from https:  //www.kompasiana.com/ayuwulandari9763/648dda8a4d498a4a083aa472/pentingnya-pendidikan-inklusif-bagi-masa-depan-yang-berkeadilan
  • Indrakusuma, F. (2021, August 4). Kesenjangan pendidikan berdasarkan daerah tempat tinggal di Indonesia. Kompasiana. Retrieved from https:  //www.kompasiana.com/ferdiyanaindrakusuma0478/6721dae034777c5a1a41d6d2/kesenjangan-pendidikan-berdasarkan-daerah-tempat-tinggal-di-indonesia
  • Gudang Jurnal. (n.d.). Penilaian berbasis sekolah dalam pendidikan inklusif. Gudang Jurnal. Retrieved from https:  //gudangjurnal.com/index.php/gjmi/article/download/504/464/1701

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun