Makanya, penting bertanya, “Gimana cara kamu atasi stres?” atau “Apa yang bisa kulakukan buat dukung kamu?” Pertanyaan ini membantu pasangan memahami kebutuhan emosional masing-masing.
Selain emosi, keterbukaan juga penting buat membahas harapan masa depan. Setiap orang punya mimpi, dan perbedaan tujuan bisa memicu konflik kalau tak dibicarakan.
Misalnya, satu ingin berkarier di kota besar, yang lain pilih hidup tenang di desa. Dengan saling berbagi, pasangan bisa cari solusi yang cocok buat keduanya.
Times of India menyebut, pasangan yang rutin bahas topik sensitif cenderung lebih bahagia dan stabil. Lebih dari itu, keterbukaan menciptakan rasa percaya, fondasi utama hubungan jangka panjang.
Ketika pasangan bebas berbagi pikiran tanpa takut dihakimi, hubungan jadi hangat dan harmonis.
Jousline Savra, konselor pernikahan asal California, bilang komunikasi jujur akan membantu pasangan menghadapi perbedaan tanpa merusak hubungan. Dengan memahami batas toleransi masing-masing, konflik bisa diselesaikan dengan sehat dan konstruktif.
Kesimpulan
Pernikahan adalah perjalanan panjang, penuh lika-liku. Tanpa komunikasi jelas, perjalanan ini bisa melelahkan. Karena itu, sebelum menikah, bertanyalah hal-hal krusial ke pasangan.
Mulai dari cara mengatasi konflik, pandangan soal uang, sampai harapan tentang anak. Setiap pertanyaan akan menyamakan ekspektasi dan mencegah konflik di masa depan.
Jadi, sebelum memutuskan menikah, jangan ragu bertanya. Dengarkan jawaban pasanganmu. Di balik setiap pertanyaan, ada kunci untuk hubungan yang harmonis dan bahagia.
Sebab, pernikahan yang langgeng bukan soal keberuntungan. Tapi hasil keputusan bijak yang diambil sejak awal perjalanan.
***