Jakarta menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, bergantung pada TPST, dan butuh solusi berkelanjutan.
Jakarta, sebagai ibu kota negara, telah lama menjadi pusat perhatian, tidak hanya karena perannya dalam ekonomi dan politik, tetapi juga karena masalah lingkungannya yang kompleks.Â
Salah satu yang kini jadi sorotan adalah pengelolaan sampah.Â
Meski telah ditetapkan sebagai provinsi percontohan dalam pengelolaan sampah, kenyataannya, Jakarta masih menghadapi tantangan besar yang belum terpecahkan.Â
Ini bukan masalah yang mudah, apalagi dengan jumlah penduduk yang besar dan konsumsi plastik yang tinggi.Â
Masalah ini tidak hanya sebatas sampah yang berserakan di jalanan, melainkan mencakup sistem pengelolaan yang gagal mengurangi volume sampah dengan efektif.
Menjadi percontohan pengelolaan sampah pada 2025 adalah langkah besar yang telah diambil oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.Â
Tapi, untuk dapat memimpin dalam pengelolaan sampah, Jakarta perlu lebih dari sekedar simbol.Â
Pemprov harus mampu mengurangi volume sampah yang dihasilkan dan mengubah penanganan sampah secara keseluruhan.Â
Sayangnya, meski ada kebijakan yang progresif, Jakarta masih sangat bergantung pada Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang di Bekasi, yang kini sudah hampir mencapai kapasitas maksimal.
Ketergantungan pada TPST Bantar Gebang
Bantar Gebang, yang terletak di Bekasi, Jawa Barat, adalah salah satu TPA terbesar di Indonesia, dan menjadi tempat pembuangan sampah utama Jakarta.Â
Berdasarkan data yang dihimpun, lebih dari 55 juta ton sampah telah menumpuk di sana, dan setiap harinya, ribuan ton sampah dari Jakarta masih terus diterima di sana.Â
Menurut berita dari Antara News, sekitar 86% sampah Jakarta setiap harinya dibuang ke TPST ini.
Hal yang paling mengkhawatirkan adalah ketergantungan yang sangat tinggi pada TPST Bantar Gebang.Â
Meskipun Jakarta sudah mengupayakan beberapa langkah untuk mengurangi volume sampah, seperti pembatasan penggunaan kantong plastik sekali pakai dan peningkatan bank sampah, kenyataannya masih belum efektif dalam mengelola sampah.Â
Ketergantungan ini mencerminkan betapa terbatasnya sistem pengelolaan sampah Jakarta dan bagaimana solusinya masih berfokus pada solusi jangka pendek, yaitu membuang sampah ke tempat yang sudah penuh, alih-alih menemukan cara untuk mengurangi sampah tersebut.
Kebijakan Pengelolaan Sampah yang Belum Optimal
Salah satu hal yang perlu kita perhatikan dalam pengelolaan sampah Jakarta adalah kebijakan yang ada.Â
Pada 2025, Jakarta seharusnya sudah memiliki sistem pengelolaan sampah yang jauh lebih baik. Beberapa kebijakan seperti pembatasan kantong plastik sekali pakai dan peningkatan bank sampah sudah diterapkan.Â
Namun, implementasi kebijakan ini seringkali terhambat oleh ketidakseriusan dalam pelaksanaan dan kurangnya pengawasan yang efektif.Â
Misalnya, meskipun ada kebijakan pembatasan plastik sekali pakai, masih banyak toko dan pasar yang terus memberikan plastik secara gratis, tanpa adanya tindakan tegas dari pihak berwenang.
Menurut Berita Jakarta, meski ada upaya untuk mengurangi sampah plastik dan meningkatkan pemilahan sampah, sebagian besar masyarakat Jakarta masih belum memiliki kebiasaan untuk memilah sampah dengan benar.Â
Ini mencerminkan kurangnya kesadaran masyarakat yang tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga membutuhkan perubahan budaya.Â
Tanpa dukungan penuh dari masyarakat, kebijakan yang ada tidak akan memberikan dampak signifikan dalam mengurangi volume sampah.
Selain itu, kebijakan yang berfokus pada pengurangan plastik sekali pakai masih belum cukup efektif dalam mengurangi jumlah sampah secara keseluruhan.Â
Pembatasan plastik adalah langkah yang baik, namun bukan solusi utama dalam pengelolaan sampah.Â
Tanpa adanya upaya konkrit untuk mengurangi sampah di sumbernya, Jakarta hanya akan terus menggantungkan diri pada solusi yang bersifat sementara, seperti menambah kapasitas TPA atau mengandalkan insinerator yang berpotensi menimbulkan masalah baru.
Fokus pada Pengurangan Sampah Sebagai Solusi Berkelanjutan
Jika kita benar-benar ingin mengatasi masalah sampah di Jakarta, maka kita harus mulai berfokus pada pengurangan sampah, bukan sekadar pemusnahan.Â
Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilahan sampah sejak dari rumah.Â
Seperti yang diungkap oleh Antara News, Jakarta sudah mulai menguji sistem pengelolaan sampah berbasis pemilahan, yang mengharuskan warga untuk memisahkan sampah organik dan anorganik.Â
Ini adalah langkah yang sangat penting untuk mengurangi volume sampah yang akhirnya akan berakhir di TPA.
Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilah sampah dapat dilakukan melalui berbagai program edukasi dan sosialisasi.Â
Misalnya, melalui bank sampah yang lebih banyak dibangun di seluruh Jakarta, yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah mereka.Â
Dengan adanya bank sampah, masyarakat dapat lebih mudah mengelompokkan sampah mereka sesuai jenis, dan hasil dari pengumpulan ini bisa digunakan untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat, seperti daur ulang.
Namun, pengurangan sampah tidak hanya terletak pada peran masyarakat.Â
Pemerintah juga harus memperkuat infrastruktur pengelolaan sampah yang ada, dengan menyediakan tempat sampah yang cukup dan terpisah untuk sampah organik dan anorganik di ruang publik.Â
Masyarakat membutuhkan fasilitas yang memadai untuk menjalankan kebijakan yang ada.Â
Tanpa fasilitas yang cukup, kebijakan pengelolaan sampah hanya akan menjadi wacana belaka.
Selain itu, teknologi pengelolaan sampah seperti penggunaan Refuse-Derived Fuel (RDF) dan insinerator memang bisa membantu mengurangi volume sampah.Â
Namun, seperti yang disebutkan dalam artikel di Jakarta Daily, teknologi ini harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati.Â
Penggunaan RDF atau insinerator hanya boleh dilakukan setelah langkah pemilahan sampah dilakukan secara optimal.Â
Teknologi ini, meskipun dapat menghasilkan energi alternatif, juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan jika digunakan terlalu dini.
Kesimpulan
Jalan panjang menuju pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan di Jakarta memang tidak mudah.Â
Jakarta sudah ditetapkan sebagai provinsi percontohan dalam pengelolaan sampah, namun tantangannya masih sangat besar.Â
Ketergantungan pada TPST Bantar Gebang yang sudah hampir penuh, kebijakan yang belum sepenuhnya efektif, dan pengelolaan sampah yang masih berfokus pada pemusnahan, bukan pengurangan, adalah beberapa hambatan besar yang perlu segera diatasi.
Solusinya bukan hanya menambah kapasitas pembuangan sampah, melainkan mengubah cara kita mengelola sampah sejak dari sumbernya.Â
Pengurangan sampah di rumah, pemilahan sampah yang lebih baik, serta penguatan partisipasi masyarakat dan teknologi yang tepat adalah kunci untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik di Jakarta.Â
Jika kita bisa bergerak bersama untuk mengatasi masalah sampah ini, Jakarta tidak hanya bisa menjadi percontohan, tetapi juga bisa menjadi kota yang lebih bersih, lebih hijau, dan lebih berkelanjutan.
***
Referensi:
- Antara News. (2023, March 31). Indonesia's environment ministry plans to end waste imports this year. https: Â //en. Â antaranews. Â com/news/331557/indonesias-environment-ministry-plans-to-end-waste-imports-this-year
- Berita Jakarta. (2023, July 1). Jakarta commits to realizing national waste management pilot project. https: Â //www. Â beritajakarta. Â id/en/read/57953/jakarta-commits-to-realizing-national-waste-management-pilot-project
- Antara News. (2023, April 5). North Jakarta tests urban waste management system. https: Â //en. Â antaranews. Â com/amp/news/345181/north-jakarta-tests-urban-waste-management-system
- Berita Jakarta. (2023, July 1). Jakarta commits to realizing national waste management pilot project. https: Â //www. Â beritajakarta. Â id/en/read/57953/jakarta-commits-to-realizing-national-waste-management-pilot-project
- Antara News. (2023, April 12). Environment minister pushes for waste management roadmap completion. https: Â //en. Â antaranews. Â com/news/345153/environment-minister-pushes-for-waste-management-roadmap-completion
- Antara News. (2023, February 15). Jakarta builds one of the world's largest waste processing facilities. https: Â //en. Â antaranews. Â com/news/313293/jakarta-builds-one-of-the-worlds-largest-waste-processing-facility
- Berita Jakarta. (2023, July 1). Jakarta commits to realizing national waste management pilot project. https: Â //www. Â beritajakarta. Â id/en/read/57953/jakarta-commits-to-realizing-national-waste-management-pilot-project
- Antara News. (2023, April 5). North Jakarta tests urban waste management system. https: Â //en. Â antaranews. Â com/amp/news/345181/north-jakarta-tests-urban-waste-management-system
- Jakarta Daily. (2023, January 20). Jakarta's RDF plant set to launch, transforming waste into alternative energy. https: Â //www. Â jakartadaily. Â id/environment/16214539746/jakartas-rdf-plant-set-to-launch-transforming-waste-into-alternative-energy
- Indonesia Expat. (2023, November 7). Jakarta to implement household waste levy in January 2025. https: Â //indonesiaexpat. Â id/news/jakarta-to-implement-household-waste-levy-in-january-2025/
- Antara News. (2023, December 3). Jakarta to charge household waste levy from next year. https: Â //en. Â antaranews. Â com/news/328838/jakarta-to-charge-household-waste-levy-from-next-year
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya