Tepat di hari senin awal November, terdapat sebuah acara webinar yang begitu menarik dan kiranya sangat dibutuhkan oleh khalayak saat ini yaitu mengenai "Why Journalistic Writing is Matter? ". Pembicara utama pada webinar adalah Hermien Y. Kleden, beliau merupakan editor senior portal berita Tempo serta pengajar Tempo Institut.
Webinar yang telah berjalan beberapa hari sebelumnya ini, memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan pembicaranya. Seringkali ditemui impresi yang begitu membosankan saat webinar berjalan terlebih lagi dengan slides materi pembicara yang begitu banyak, namun kali ini sangat berbeda dengan webinar terkait "Why Journalistic Writing is Matter? " yang dibawakan oleh Hermien Y. Kleden.
Sebagai pembicara, beliau mampu membawakan materi webinarnya yang terdiri dari 23 slides powerpoint dengan caranya sendiri yang terkesan menarik untuk didengar, mampu untuk dipahami dari apa yang beliau sampaikan.
Seperti contoh, saat itu beliau dapat menyampaikan materi terkait powerpointnya dengan bahasa yang umum, yang mudah diserap oleh participants webinar pada saat itu yang dimana mahasiswa secara keseluruhan, beliau tidak berpacu pada tulisan dari tiap-tiap slides powerpoint nya.
Lalu, beliau berbicara dan menjelaskan tiap-tiap point dengan suara yang lantang dan jelas, sehingga sebagai pendengar tanpa disadari terbawa untuk fokus pada apa yang dibicarakan.
Tidak jarang juga beliau melakukan webinar dengan dua arah yang membuat keadaan webinar menjadi lebih interaktif, terlebih lagi pembawaannya begitu fun seringkali menyisipkan humor yang masih berkaitan dengan topik webinar agar tidak begitu kaku.
Tidak hanya memaparkan mengenai materi dari powerpoint yang ditampilkan, Hermien Y. Kleden juga tak jarang menceritakan pengalaman-pengalaman dirinya menjadi seorang jurnalis dengan bahasa yang santai.
Saat beliau mempresentasikan slide tentang human interest, beliau menjelaskannya dengan menceritakan pengalamannya saat akan melakukan wawancara kepada seorang teroris yang mengharuskannya untuk menggunakan hijab.
Karena beliau beragama non islam dan pastinya tidak memiliki hijab, akhirnya beliau meminjam hijab yang berada di jemuran tetangganya dengan warna shocking pink, "Lo kebayang ga si, kulit gua kaya gini, gua pake jilbab shocking pink." Kata Hermien dengan gaya penyampaian yang santai.
Karena beliau baru pertama kali memakai hijab, beliau merasa kepanasan di kepalanya dan bertanya kepada tetangganya si pemilik hijab tersebut "Aduh Bu Dian, kenapa ya kepala saya panas?", "Bu, itu karena ibu kurang iman, nanti kalo ibu imannya sudah kuat Insya Allah, akan sejuk kepalanya" jawab tetangganya.
Beliau berterima kasih atas jawaban tetangganya. Tetapi, hijab berwarna shocking pink itu dapat mengantarkan beliau mewawancarai Umar Patek.