Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nekad Bangun Sekolah, Marwan Hakim Lawan Keterbatasan dan Menebar Asa Bersama Astra

26 September 2025   06:05 Diperbarui: 26 September 2025   06:05 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri Riyadul Falah, Aik Prapa (Foto, Ahyar ros)

"Waktu itu beragam, ada pisang, beras dan singkong," tutur Nurhasanah salah seorang guru SMP pertama Riyadul Falah.

Menurut Nurhasanah sendiri, saat itu ia terpanggil datang mengajar di SMP Riyadul Falah. Karena dia suka mengajar dan bertemu anak-anak. Walau pun, Nurhasanah tak menapikan honor itu perlu. Namun kala itu, bukan satu-satunnya alasan mengajar. Ia beralasan mengabdi dan menebar kebaikan bagi sesama.  

                                                                                                                   ***      

Ratusan murid antri masuk dan gedung sudah berdiri. Tantangan lain yang Marwan hadapi ketika membangun pondok pesantren Riyadul Falah adalah izin mendirikan sekolah formal. Menurut Marwan mengurus izin formal ke dinas pendidikan butuh kesabaran tingkat tinggi.

Berulang kali, Marwan bolak-balik melintas jalan rusak mengurus ijin ke Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Timur di Kota Selong, yang jaraknya tempuh sekitar 18 kilometer dari Aik Prapa.

"Kala itu, teman-teman menyarakan menyogok, tapi saya menolak," tutur Marwan sambil menyeka dagunya.

Lebih dari satu tahun mengurus izin sekolah. Akhirnya, mimpi Marwan mendirikan sekolah formal SMP dan SMA di kampungnya tercapai. Hingga kini, sekolah itu pun telah meluluskan sekitar 350 murid SMP dan 157 siswa SMA. Bahkan anak didik Marwan telah menyebar ke perguruan tinggi di NTB hingga ke kampus-kampus besar di Pulau Jawa.

Satu-persatu, mimpi Marwan terwujud. Lantas semuanya tak membuat ia berpuas diri. Menguranggi angka putus sekolah dan pernikahan usia dini di kampungnya adalah cita-cita Marwan sejak belia di usia 16 tahun silam.     

Masih di tempat yang sama. Sore itu, menjelang adzan Ashar berkundang, kami tetap duduk ditemani Marwan Hakim di beruqak, tempat ia biasa menerima tamunya.  

Menebar Asa Bersama Satu Indonesia Awads 

Sepotong pesan singkat itu sampai di telpon gengam Marwan Hakim. Informasi itu datang dari, Roma Hidayat seorang pegiat pekerja migran asal Surabaya Lepak, Lombok Timur. Kabar singkat itu, menyarakan mengikuti ajang tokoh inspiratif perubahan, Satu Indoensia Awards 2013, yang digagas PT Astra Internasional.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun