Mohon tunggu...
Ahmad Humaidi
Ahmad Humaidi Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Mulai Menulis Dari MEDIA NOLTIGA (FMIPA UI), Sriwijaya Post, magang Kompas, Sumsel Post hingga sekarang tiada berhenti menulis... Menulis adalah amalan sholeh bagi diri dan bagi pembaca sepanjang menulis kebenaran dan melawan kebatilan.....

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menjelang Pilpres Suhu Politik Memanas

10 Februari 2019   12:49 Diperbarui: 10 Februari 2019   13:53 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Jabatan Presiden merupakan kekuasaan tertinggi di NKRI. Punya kewenangan sebesar-besarnya buat mengendalikan lembaga2 negara termasuk pejabat2 di dalamnya. Bisa buat kepentingan pribadi dan golongan. Bisa pula untuk kepentingan orang banyak dan negara.

Sebagian orang tertentu begitu menginginkan menjabat Presiden. Timbul perebutan jabatan layaknya pertandingan tinju kelas berat. Hanya mereka yang paling kuat dan cerdik saja yang dapat memenangkan jabatan. Dibuktikan dengan mengalahkan lawan2nya yang punya keinginan mendapatkan jabatan.

Sekiranya perebutan jabatan dibiarkan tanpa kesepakatan bersama sesama warga negara niscaya perebutan kekuasaan berlangsung liar. Mereka2  yang sama2 menginginkan jabatan berusaha mengalahkan satu sama lainnya dari tanpa senjata hingga dengan senjata. Bahkan berusaha mematikan atau membunuh saingannya biar nantinya hanya seorang saja yang menang dan memegang jabatan presiden.

Kejadian itu serupa perebutan kekuasaan kerajaan di masa2 lalu. Timbul perebutan kerajaan sesama keluarga raja dengan melibatkan rakyat atau pengikutnya masing2. Berpuncak pada kerusakan harta benda dan juga kematian sejumlah warga. Tak jarang yang menang jadi arang dan yang kalah jadi abu. Yang menang hanya mendapatkan kerajaan yang babak belur.

Sekarang perebutan kekuasaan presiden tidak lagi serupa perebutan kekuasaan kerajaan di masa lalu. Terjadi kesepatakan bersama semua warga negara diwakili sebagian kecil tokoh2 masyarakat untuk menyelenggarakan pemilihan presiden atau Pilpres. 

Waktu dan tempat bagi siapapun yang menginginkan kekuasaan presiden untuk saling mengalahkan satu dengan lainnya dengan berusaha mendapatkan suara pemilih terbanyak dari rakyat pemilih. Hanya mereka yang mendapat suara terbanyak berhak menjabat presiden. Yang lainnya tidak berhak.

Dengan adanya pemilihan maka setiap kali terjadi perebutan kekuasaan presiden tidak menimbulkan korban jiwa. Tidak ada bunuh2an, hancur2an dan gelimpangan mayat manusia di mana2.

Walau tidak ada korban jiwa berupa mayat manusia namun PIlpres juga mengorbankan harta tidak sedikit bagi siapapun yang hendak menjabat presiden. Karenanya tidak ada orang yang menginginkan jabatan presiden berusaha sendirian dengan hartanya. Siapapun yang menginginkan jabatan presiden harus memiliki banyak orang untuk mendapatkan bantuan dana dan juga bantuan pengerahan  massa. Berusaha mempengaruhi rakyat banyak untuk memilihnya.

Tidak mengherankan menjelang Pilpres suhu politik memanas. Masyarakat terbelah menjadi dua atau lebih yang menjagokan calon presiden (capres) masing2. Mengusahakan capresnya mendapakan suara terbanyak.

Politik semakin memanas bilamana capres dari petahana menggunakan kekuasaan presiden buat mengalahkan capres dari oposisi. Sekiranya petahana kuat sedangkan oposisi lemah niscaya petahana akan dapat kembali menjadi presiden untuk  dua periode atau bahkan seumur hidup sebagaimana dialami Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Suara rakyat tidak menentukan. Yang menentukan kekuasaan yang dipegang petahana.

Sekiranya petahana kuat dan oposisi juga kuat niscaya yang paling menentukan kemenangan adalah suara rakyat. Petahana tidak dapat menggunakan kekuasaan karena terus-menerus diperingatkan oposisi. Bagaimanapun juga menggunakan kekuasaan presiden selaku capres petahana adalah pelanggaran terhadap konstitusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun