Mohon tunggu...
Hudan Vote
Hudan Vote Mohon Tunggu... -

Melukis hidup... membincang peradaban. Ini hidupku tak kusia siakan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kekuatan "Pena" yang Meruntuhkan Tirani posted by dakwatuna

18 Mei 2013   10:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:23 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sesungguhnya kita hidup dalam kehidupan yang luas dan beragam. Di sana akan kita dapati pelbagai manusia yang bergerak, berhimpun dengan memiliki tujuan dan kepentingannya masing masing. Oleh karena itu patut pula kita sadari bahwa kadang akan timbul benturan antar kepentingan manusia, kelompok satu dengan yang lainnya. Kita akan disuguhi berbagai fenoma kehidupan…. ada tangis, pilu, tawa, hasud, benci, pengorbanan, kearifan, egoisme, kezaliman bahkan keadilan. Damai tentunya bila peristiwa yang singgah di hati kita ini adalah peristiwa positifisme. Disana kita akan manemukan betapa hati kian teraduk aduk basah oleh ketulusan yang memukai, kearifan nan jelita, atau bahkan keadilan yang menggema. Namun lain halnya bila kita dihadirkan pada peristiwa kehidupan yang egois, benci, egois, kotor, curang, picik dan peristiwa kezaliman lainnya. Peristiwa kezaliman tersebut pastinya akan memukul jiwa dan nurani ketulusan kita. Ingin teriak tapi tak bisa, ingin menggebrak namun tak kuasa, ingin berlari pun tak tega. Kala berucap pun tak ada orang yang gubris, kekuasaanpun tak punya, bayar penegak hukum pun tak bisa.  Hanya menguatkan memandang lara sambil jiwa terisak dan hati penuh dengan sekeranjang duka.

Ayyuhas shobiruun…………..,  diantara ikhtiar ikhtiar yang kita bisa lakukan selain panjangkan doa adalah urai dan bela yang tertindas itu melalui goresan pena. Pena yang ujungnya meruncing kebenaran takkan lekang oleh waktu dan zaman. Melalui tangan kita biarlah goresan itu mengungkap kejadian yang sebenarnya. Hingga sontak masyarakat bergemuruh mendengar fakta dan berpaling membersamai kita. Tak ingatkah kita tentang deraan bertubi tubi pada perjuangan Ikhwanul Muslimin di mesir…….  toh seberapapun digdaya kezaliman itu siapakah yang mampu memberikan tafsir kemenangannya ? Apatah artinya peluh yang menderas, darah yang mengucur dan tangis yang berburai burai dibanding anugrah dari langit yang bertebar pesona. Hingga kau tersadar bahwa kemenangan itu turun dari langit dibersamai kehendak teguh penghuni bumi untuk meraihnya. Dan barangkali kehendak teguh itu bernama pena salah satunya.

Goreskan penamu……. Wahai saudaraku !! sebelum tinta ketulusanmu mengering. Mewangilah bersama mereka yang telah mendahuluimu ke syurga. Sayyid Qutb Allahu yarham tatkala di tiang pancung hingga di akhir hayatnya telah meninggalkan puluhan karya tulis yang menjadi rujukan umat islam di penjuru dunia. HIngga tak kuasa membendung ribuan orang membela dakwah ini. Pantaslah karanganmu Ma’alim Fii at Thariq  itu telah menjadi daftar cekal lembaga intelijen CIA. Semakin  tertakjub  apa yang di fatwakan syeikh ibnul qayyim al jauziyah itu bahwa salah satu jihad yang harus dilakukan seorang muslim diantara 5 jihad lainnya adalah jihad bil Qolam.

Umat islam era sekarang ini memang tidak punya media untuk mendakwahkan ajaran dan juga mengangkat isu isu penting yang menyangkut permasalahan umat. Namun tak perlu risau… karena kita tidak dididik untuk meratapi kekurangan. Bila kita sudah miliki anugrah menulis itu tinggal bagaimana gunakan untuk memperjuangkan mereka yang membutuhkan keadilan, membela mereka yang tertindas, meluruskan mereka yang terfitnah dan menginspirasi banyak orang untuk bersama sama berjuang dalam jalan dakwah. Bila kita belum memiliki kemampuan itu, teruslah menulis.. menulis… dan menulis.. Seperti kata dahlan iskan, Menulis itu seperti naik sepeda tidak ada sekolahnya dan tidak ada khursus latihannya, siapapun bisa menjadi penulis. Menulislah terus, jangan berhenti mencoba nanti setelah terbiasa akan bagus dengan sendirinya." Dengan goresan pena ini kita berharap dapat menyihir negeri dengan kelembutan hati nurani. Memberikan rasa “cetar” yang membungkam pezalim pezalim di kolong tirani. Hingga keadilan itu tegak di ufuk tertinggi negeri pertiwi.

***Penulis on Twitter @hudan_vote

Artikel ini telah di dipostkan oleh dakwatuna :

http://www.dakwatuna.com/2013/05/21/33600/saatnya-ayunkan-penamu-wahai-sahabat/#axzz2TtfU3VZU

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun