Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karya Nazhirah dalam Pandangan KH. Husein Muhammad

10 Februari 2021   11:36 Diperbarui: 10 Februari 2021   11:46 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada hal lain yang menarik mengapa buku ini menjadi berbeda dengan buku lain yang sejenisnya. Adalah bahwa Nazhirah tidak hanya menulis dari dalam kamarnya, melainkan juga berhadapan langsung dengan para ulama dan sarjana Islam terkemuka pada zamannya antara lain dari Al Azhar university dalam forum perdebatan, diskusi dan polemik terbuka.  

Kritik serta gugatan Nazhirah cukup tajam terhadap persoalan ini, begitu mengena dan tentu argumentatif  terhadap pandangan-pandangan keagamaan konservatif yang diwakili para ulama dari universitas Islam tertua dan terkemuka di dunia itu. Dia tampil dengan pikiran-pikiran yang cemerlang dan berani.  Ia melancarkan  perseteruan intelektual dengan kaum ulama terpandang dan disegani dunia islam melalui argumen-argumen keagamaan yang sama,dan dengan sumber-sumber rujukan yang sama pula tetapi dengan argumen, analisis dan perspektif  yang berbeda.

Point utama dari karyanya ialah, Nazhirah ingin bicara dari pengalaman empiriknya sebagai perempuan dan dengan semangat membebaskan kaum perempuan dari sistem budaya yang menindas.

Beliau, Nazhirah merupakan tokoh perempuan pejuang yang gigih dalam melakukan pembelaan terhadap kaumnya. Dia dapat disejajarkan dengan tokoh feminis lainnya seperti May Ziyadah, Nabiyah Musa dan Huda Sya'rawi, atau Qasim Amin dan Sa'ad Zaghlul. Pikiran-pikiran cerdas, kritis dan mencerahkan Nazhirah menyangkut isu-isu perempuan tampaknya sejalan dengan tokoh-tokoh feminis Mesir tersebut.

Mengenai topik kajian, Nazhirah membicarakannya serta dilakukan dengan menganalisis secara langsung dari sumber otoritatif Islam; Al Qur-an dan hadits Nabi saw. sambil melakukan studi komparasi dengan kitab-kitab Tafsir klasik  tafsir Baidhawi, Khazin, Nasafi, Thabari dan lain-lain. Kitab-kitab raksasa dengan berjilid-jilid tebal ini ditulis para ulama besar abad pertengahan dengan tingkat kharismatika yang tinggi. Semuanya menjadi referensi  yang "mu'tabar", diakui otoritasnya. Ia juga banyak mengutip pikiran-pikiran tokoh besar lainnya seperti Muhyiddin ibnu Arabi, seorang sufi besar yang legendaris. Dari tokoh-tokoh modern nazhirah merujuk pikiran-pikiran antara lain Jamaluddin al Afghani, Muhammad Abduh dan Syeikh Mushtafa al Ghalayini. Nazhirah sangat menguasai kitab-kitab fiqh dan pendapat-pendapat ulama mazhab fiqh yang selalu menjadi rujukan fatwa keagamaan tersebut.

Skillnya dalam memahami kitab-kitab klasik tersebut tidak perlu diragukan lagi. Kapasitas intelektualnya sebanding dengan ulama laki-laki dari universitas islam tertua dan terkemuka di Mesir. Selain mereferens pada sumber-sumber keilmuan tertulis itu Nazhirah mengajak para ulama untuk melihat fakta-fakta perkembangan dan perubahan sosial budaya dan politik.

Sehingga Nazhirah ingin menyadarkan publik bahwa sumber pengetahuan tidak hanya bisa diambil dari kitab-kitab lama dan otoritatif tersebut, bukan hanya berdarkan teks-teks agama dan ilmu pengetahuan. Realitas sosial dan perkembangan kehidupan yang terus bergerak haruslah dibaca dan dipelajari. Realitas sosial harus menjadi dasar ilmiyah yang juga memiliki tigkat otoritas yang tinggi. Bahkan realitaslah yang seharusnya melahirkan kesimpulan ilmiyah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun