Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Makelar Desa

27 Januari 2020   20:48 Diperbarui: 27 Januari 2020   20:47 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang kecil menjadi tumpuan kebutuhan atas ruang besar, kaya akan ekosistem serta potensinya yang puspa-warna, ia tiada lain adalah sebuah desa. Desa yang menyajikan berbagai kebutuhan masyarakat kota -- suplayer tetap. 

Pertukaran hasil bumi dengan barang-barang elektronik misalnya adalah sebuah rutinitas dalam roda perekonomian sebuah desa pada sisi distribusinya. Hal ini sudah barangtentu di tunjang oleh kondisi infrastruktur sebagai pintu aksesnya (key accces).

Desa bukan hanya sebagai konsumen belaka, sebab pada hari ini desa telah telah memiliki peran penting serta daya tarik tersendiri bagi masyarakat urban. Mulai dari desa dengan corak argowisata, kesenian serta kebudayaan hingga investasi tanah di masa tua. Terlebih, dengan di gelontorkannya Dana Desa sebagai modal dalam pengelolaan sebuah desa telah membuka lebar-lebar peluang bisnis yang di kelola desa secara sinergi.

Peran serta masyarakat tentunya menjadi vital dalam pembangunan desa tersebut, sebab desa yang berdaulat adalah desa telah kuat dalam setiap lapisan struktur masyarakatnya. Dari anak-anak hingga lansia atau sesepuh dalam desa tersebut. Kemudian yang menjadi vital ialah peran pemuda pada desa tersebut. 

Produktifitas hingga kreatifitas ide tentu di miliki oleh kaum muda pada sebuah desa, tinggal bagaimana desa, dalam hal ini adalah pemerintah desa, memanfaatkan potensi vital tersebut. Sebelum ahirnya jauh berbicara mengenai arus urbanisasi yang tidak bisa di bendung sampai saat ini.

Akan tetapi dengan regulasi serta pengaturan kinerja yang bisa dibilang pas-pasan, desa pada saat ini masih belum bisa di harapkan kemandiriannya, terlebih berbicara mengenai kemandirian tanpa kebergantungannya pada kucuran dana dari pemerintah. Kemudian desa juga belum dapat mengakomodir persoalan ekonomi-produktifnya yang dengan hal ini desa di harapkan dapat memiliki daya saing dengan desa-desa lainnya. Terlebih pada saat ini desa yang memiliki potensi 'hanya' desa di sekitar pesisir dan juga di daerah pegunungan.

Dan bila di dataran rendah kemudian memiliki daya saing, maka besar kemungkinan desa tersebut di huni oleh beberapa LSM yang getol mensuport masyarakatnya untuk terus maju. Hingga kemudian potensi bukanlah sejatinya potensi yang memiliki nilai keberlanjutan, nanum terhenti pada level laporan keuangan.

Berapa dana yang di gasak begitu saja tanpa keberlanjutan dan berapa dana hibah yang keluar untuk pekerjaan yang tidak memiliki nilai utilitas? Hal ini adalah lumrah terjadi di lingkungan desa, sebab SDM rendah dan sebab-lain yang memuluskan upaya 'perampokan' yang dapat dikatakan sistemastis, terstruktur & masif. 

Seperti yang dikatakan Destutt de Tracy bahwa "bangsa-bangsa yang miskin adalah bangsa yang rakyatnya nyaman, dan bangsa-bangsa yang kaya adalah bangsa-bangsa yang rakyatnya pada umum kekurangan." 

Dan Tracy pada konteks tersebut dapat di tarik dalam membaca apa yang terjadi di desa, dengan persepsi 'nyaman' seperti yang di katakannya jelas menggambarkan sebuah kondisi yang realistis. Hal ini tentu saja dapat di lihat dari indikator produktifitas masyarakat antara kota dan desa.

Di tempat lain, G. Ortes yang merupakan seorang biarawan Venesia dan penulis ekonomi pada abad ke-XVIII menyatakan "dalam perekonomian suatu bangsa, yang baik dan yang buruk selalu mengimbangi" kemudian, "berlimpahnya kekayaan pada sementara orang selalu sama dengan kekurangkayaan bagi orang-orang lain". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun