Mohon tunggu...
Ahmad Yudi S
Ahmad Yudi S Mohon Tunggu... Freelancer - #Ngopi-isme

Aku Melamun Maka Aku Ada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sajak "Ibu Indonesia" yang Melemahkan Indonesia

3 April 2018   18:22 Diperbarui: 4 April 2018   05:42 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukmawati Soekarnoputri sedang membacakan puisinya yang berjudul “Ibu Indonesia”. Gambar: radarindonesianews.com

Mari kita perhatikan bersama, Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dengan jutaan penduduk yang menghuninya, apakah semuanya beragama islam, meski agama islam adalah agama yang paling banyak dianut oleh penduduk di Indonesia? Tentu tidak. Banyak saudara kita yang berlatar belakang dari berbagai ras, agama, dan budaya.

Bagi yang beragama islam, cadar bukanlah sebuah paksaan untuk dikenakan, namun hukumnya sunnah (tidak wajib) bagi perempuan yang beragama islam. Setiap agama memiliki aturannya sendiri sesuai ajarannya masing-masing. Penulis percaya, agama apapun itu pasti mengajarkan tentang kebaikan dan toleransi antar suku dan agama.

Lalu Adzan yang dibandingkan dengan kemerduan kidung Ibu Indonesia. Penulis kembali setuju dengan pernyataan Ibu Sukmawati bahwasanya tidak semua orang yang mengalunkan adzan itu bersuara merdu. Lantas, bila suara orang yang melantunkan adzan tidak merdu, apakah adzan harus ditiadakan? Jelas tidak. 

Bila tidak ada adzan, umat muslim tidak bisa melaksanakan ibadahnya. Toh, adzan juga bermanfaat sebagai pengingat dan pertanda waktu bagi mereka yang islam maupun non-islam dalam menjalankan aktivitas sehari-hari yang terkadang tidak sempat melihat jam di dindingnya.

Sajak "Ibu Indonesia" memang kental dengan nilai budaya lokal. Namun tidaklah arif bila isu SARA dijadikan drama didalamnya. Bolehlah puisi tersebut dibilang cerita hasil mengarang, kata Ibu Sukmawati, namun lain soal bila isu agama dijadikan perkara dalam menjaga kebudayaan lokal. 

Sudah jelas pelestarian kebudayaan daerah diatur dan dilindungi oleh Undang-undang dan hak menganut agama dan kepercayaan adalah hak setiap warga negara. Hal inilah yang dapat memancing konflik dan perselisihan yang berakhir pada lunturnya nilai-nilai pancasila sebagai pedoman negara serta melemahnya persatuan bangsa jika dibiarkan.


Terakhir, semua ini kembali kepada pandangan masing-masing. Menjaga kelestarian budaya dan toleransi adalah tanggung jawab bersama untuk terus memperkokoh persatuan. Toh tidak semua perempuan yang beragama islam itu mengenakan cadar. Jadilah sastra yang menyatukan perbedaan, bukan membelah perbedaan. Penulis maklum bila penduduk Indonesia ada yang tidak tahu dengan syariat islam. Memangnya semua penduduk Indonesia beragama Islam?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun