Â
   Di tengah gemuruh industri penerbitan yang kerap dikuasai tren pasar dan buku instan, muncul sebuah penerbit independen yang justru menawarkan kedalaman: Pustaka Devata. Berdiri sejak awal 2025, penerbit ini mengusung misi sederhana namun kuat menghidupkan literasi yang berakar pada nilai, makna, dan cahaya spiritualitas budaya Nusantara.
Filosofi di Balik Nama
    Nama "Devata" diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti "makhluk cahaya" atau "penjaga kebijaksanaan." Bagi Pimpinan Redaksi, Khoirul Iman, nama ini bukan sekadar estetika linguistik, tetapi juga arah kompas visi mereka.
    "Kami ingin menerbitkan buku-buku yang bukan hanya dibaca, tapi direnungi. Buku yang bisa menyala dalam pikiran dan hati pembacanya. Maka, kami memilih nama 'Devata'---karena buku adalah cahaya,"
--- Khoirul Iman, Pimpinan Redaksi Pustaka Devata
Fokus pada Naskah yang Mendasar
     Pustaka Devata tidak mengejar tren, tapi menelisik naskah-naskah yang punya kedalaman kontemplatif. Genre yang mereka terbitkan meliputi esai budaya, spiritualitas lokal, puisi, memoar, hingga fiksi yang kaya makna filosofis. Naskah yang ditolak oleh penerbit besar karena dianggap "terlalu reflektif" justru sering menemukan rumah di sini.
     Khoirul menjelaskan bahwa Pustaka Devata punya kriteria naskah yang unik. Menurutnya "Kami tidak menilai naskah dari potensi viralnya. Kami menilai dari kejujuran penulisnya, dari keberanian menyelam ke dalam luka atau harapan. Bagi kami, sebuah cerita yang jujur selalu punya tempat di hati pembaca."
Ruang Aman bagi Penulis Baru
    Pustaka Devata juga dikenal sebagai ruang ramah bagi penulis pemula yang memiliki suara khas namun belum punya akses ke dunia penerbitan. "Misi kami bukan hanya menerbitkan buku, tapi merawat penulis. Kami percaya bahwa setiap suara, seunik apa pun, layak didengar bila diberi kesempatan berkembang," tutup Khoirul.
    Dalam sunyi industri literasi yang semakin komersial, Pustaka Devata berdiri sebagai pelita kecil yang tak ingin bersinar terang, tetapi cukup untuk menemani langkah para pencari makna. Seperti devata, mereka tidak menuntut disembah, hanya ingin memberi terang.