Semarang, 2025 -- Di zaman sekarang yang serba cepat dan dipenuhi oleh penggunaan bahasa asing, bahasa daerah makin lama makin jarang digunakan. Padahal, bahasa daerah seperti Bahasa Jawa bukan cuma alat komunikasi sehari-hari, tapi juga bagian penting dari identitas budaya kita. Di dalamnya tersimpan nilai-nilai kehidupan, norma sosial, dan filosofi yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi. Menyikapi fenomena ini, saya, Ahmad Sandi Winata, mahasiswa Universitas Negeri Semarang, menghadirkan sebuah inovasi pembelajaran berbentuk video animasi microlearning berjudul "Pacelathon: Bahasa Jawa Krama Sehari-hari".
Karya ini dirancang untuk menjawab tantangan pelestarian bahasa Jawa dalam konteks pendidikan, khususnya di jenjang Sekolah Menengah Pertama. Dengan mengangkat praktik pacelathon (percakapan) dalam Bahasa Jawa Krama, media ini diharapkan menjadi jembatan antara siswa dan nilai-nilai kesantunan budaya Jawa yang selama ini kurang diperhatikan dalam pembelajaran formal.
Bahasa Jawa dikenal memiliki tingkatan tutur yang kompleks: ngoko, madya, dan krama. Namun, dalam praktik sehari-hari, penggunaan bahasa Jawa Krama, yang mencerminkan kesantunan dan penghormatan terhadap lawan bicara, semakin jarang digunakan, terutama oleh generasi muda. Hal ini terjadi karena kurangnya media pembelajaran yang bisa mengajarkan Bahasa Jawa Krama dengan cara yang menarik dan sesuai dengan situasi nyata.
Berangkat dari fenomena tersebut, video "Pacelathon" hadir sebagai solusi pembelajaran yang edukatif. Media ini tidak hanya menyajikan materi kosakata atau tata bahasa, melainkan menampilkan visualisasi dialog yang relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Dengan tampilan visual yang menarik, siswa bisa lebih mudah memahami kapan dan bagaimana menggunakan Bahasa Jawa Krama dalam situasi nyata, sekaligus membuat proses belajar terasa lebih seru dan menyenangkan.
Video ini pun mendapat sambutan positif dari para pendidik. "Sangat bagus karena anak-anak melihatnya ngga bosen. Anak-anak biasanya lebih tertarik kalau melalui media visual seperti ini," ujar Ibu Anita, S.Pd., guru Bahasa Jawa di SMP Teuku Umar Semarang. Ia menambahkan, "Kemudian bentuk video animasi ini berbeda dari biasanya, sehingga media pembelajaran videonya ngga yang itu-itu aja."Respon ini memperkuat bahwa pendekatan visual yang digunakan dalam Pacelathon efektif dalam menarik perhatian siswa dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam pembelajaran bahasa daerah.
 Lebih dari sekadar media belajar, video ini membawa manfaat nyata bagi penguatan pembelajaran Bahasa Jawa Krama, di antaranya:
- Meningkatkan Kompetensi Bahasa Daerah
- Menumbuhkan Sikap Hormat dan Sopan
- Media Belajar yang Interaktif dan Visual
- Pelestarian Bahasa Lokal secara Inovatif
Oleh karena itu dengan adanya video ini, saya berharap siswa dapat merasa lebih percaya diri dalam menggunakan Bahasa Jawa Krama dalam kehidupan sehari-hari karena mereka memahami kapan dan bagaimana bahasa tersebut digunakan secara tepat. Guru juga diharapkan dapat memanfaatkan media ini sebagai alat bantu mengajar yang efektif, terutama dalam menyampaikan materi yang sebelumnya dianggap sulit dan membosankan.
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan apresiasi kepada SMP Teuku Umar Semarang yang telah menjadi mitra dalam pengembangan media ini, serta seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam proses validasi dan produksi. Harapan saya, video "Pacelathon" tidak hanya berfungsi sebagai sarana belajar, tetapi juga sebagai wujud nyata pelestarian bahasa daerah melalui pendekatan digital yang inovatif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI