Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kembali ke Akar, Kembali ke Sumber

1 Juni 2019   10:12 Diperbarui: 1 Juni 2019   10:14 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Judul bukunya "Kembali ke Akar, Kembali ke Sumber: Jejak-jejak Pergumulan Kesusastraan Islam di Indonesia" karya Abdul Hadi WM. Tebalnya 388 halaman. Diterbitkan Diva Press tahun 2016.

Isi bukunya terbagi dalam tiga bagian. Satu tentang sastra transendental dan kecenderungan sastrawan Indonesia pada dimensi sufistik, puisi dalam khazanah peradaban Islam, dan bahasa Melayu awal perkembangan agama Islam di Indonsesia.

Dua tentang tokoh Islam  di Nusantara yang punya kontribusi dalam kesusastraan seperti Hamzah Fansuri, Sunan Bonang, Amir Hamzah, dan penyair ternama Goethe, Iqbal, dan Chairil Anwar. Disajikan biografi beserta kontribusi serta karya yang terkait dengan kesusastraan Islam.

Tiga tentang perspektif kaum sufi berkenaan dengan dunia, aspek sosial sastra sufi, sumber inspirasi kaum sastrawan, dan uraian Ashabul Kahfi dalam sastra dan Al-Quran.

Dari ketiga bagian tersebut bisa dikatakan buku ini tentang kesusastraan Islam di Nusantara, juga pengaruh kaum sufi dan penyair dunia kepada para penyair di Indonesia.

Apa yang saya dapatkan dari buku yang dibaca selama dua pekan sampai tuntas ini?

Tentu saja informasi kebudayaan dan sastra Islam Nusantara yang saya dapatkan.

Saya juga menjadi mengetahui tentang gejolak dan dinamika politik yang dialami kaum sufi masa kerajaan di Nusantara. Kasus lembakaran karya Hamzah Fansuri, labelisasi sesat, dan strategi dakwah Islam yang damai sehingga menyerap dalam tradisi lokal masyarakat.

Bahkan, semangat pembaruan untuk bangkit dari penjajahan dan menyerukan agar Islam berwajah modern terasa digaungkan oleh Iqbal dalam uraian sang penulis dengan penuh semangat.

Inti dari buku ini, saya kira membuka kekayaan khazanah Islam Indonesia di mata generasi sekarang (kalau membaca) dan sebuah kebanggaan yang patut diapresiasi. Kemudian diambil hikmah dan jika memungkinkan dikembangkan lagi menjadi karya sastra yang baru dan mencerahkan. Itu saja.

Maaf, saya kurang fokus dalam baca sehingga tidak mendalam ketika memahami buku ini. Barangkali ada yang berkenan baca ulang bukunya dan review lagi untuk saya baca. Diantos! *** (ahmad sahidin)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun