Mohon tunggu...
Ahmad Rohiman
Ahmad Rohiman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, aktifis sosial, Koordinator Gusdurian Karawang dan Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Catcalling" Menjadi Kultur dalam Bergaul?

6 September 2018   18:40 Diperbarui: 6 September 2018   18:42 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelum membahas lebih jauh tentang catcalling. Saya akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian catcalling itu sendiri. Menurut salahsatu situs di google, Catcalling adalah hal-hal bertendensi seksual (biasanya dengan volume keras meski belum tentu secara eksplisit), termasuk bersiul, berseru, memberikan gestur, atau berkomentar, biasanya kepada perempuan (juga bisa laki-laki atau gender yang lain) yang lewat di jalan. 

Bentuk catcalling bisa macam-macam. Kalau di Amerika atau negara barat, biasanya catcalling ini berkisar antara pujian-pujian iseng. Seperti  Hey, gorgeous, where are you going? sampai yang betul-betul mengerikan dan eksplisit secara seksual. Seperti  Nice tits!, Why don't you suck my cock?

Kalau di Indonesia, bisa berbentuk siulan-siulan atau bebunyian tidak sopan, pujian, seperti Hai, Cantik, mau ke mana? 

Sangat mengerikan, bukan. Lantas yang menjadi pertanyaan adalah mengapa catcalling bisa terjadi. Dalam sebuah forum diskusi yang pernah saya ikuti dalam beberapa waktu yang lalu, catcalling bisa terjadi dari beberapa faktor. 

Yang diantaranya adalah karena perempuan yang memakai pakaian terlalu seksi/pulgar. Hingga karena laki-laki yang selalu berpikiran ngeres.

Namun menurut saya, selain faktor-faktor tersebut. Ada faktor lain yang dapat mengundang para laki-laki untuk menggoda perempuan di jalanan. Yaitu karena kurangnya pendidikan moral. Mengapa saya katakan demikian. 

Kalau Anda pernah membaca tulisan saya di Radar Karawang terbitan tanggal 28 Februari lalu tentang Pentingnya Pendidikan Pesantren. Dalam tulisan itu, Saya mengatakan, bahwa saat ini kita hidup di zaman yang hampir merusak generasi. Karena Kita bisa melihat sendiri, dengan mata kita sendiri. Kita bisa mendengar sendiri, dengan telinga kita sendiri. 

Bahwa zaman sekarang, kejahatan sudah dimana-mana, pelaku zina sudah terang -- terangan, tempat -- tempat maksiat pun lebih ramai daripada tempat ibadah. Itu semua akibat daripada kurangnya pendidikan moral di negeri ini.

Bahkan kalau kita sedikit melenceng ke dalam konteks yang lain. Tidak sedikit pula anak yang berani membunuh ibunya sendiri. Sangat ironi. Jangankan sekedar menggoda perempuan di jalan. Untuk membunuh ibunya sendiri saja, sudah banyak dilakukan oleh anak-anak zaman sekarang.

Bahaya Catcalling

Jika catcalling sudah menjadi kultur bergaul pemuda. Maka, saya rasa sangat membahayakan. Selain karena membuat perempuan tidak nyaman berjalan sendirian, juga dapat merusak generasi-generasi bangsa, seperti yang saya katakan tadi. Jadi, apapun alasannya, prilaku catcall benar-benar berbahaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun