Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Introspeksi, 76 Tahun Merdeka Badai Provokasi Masih Terjadi

22 Agustus 2021   06:52 Diperbarui: 22 Agustus 2021   07:06 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia - dreamers.id

Mungkin diantara kita pernah melihat film-film perjuangan yang sering diputar di televisi, seringkali kita melihat bagaiman politik adu domba penjajah untuk melemahkan perjuangan para masyarakat. Dan tak jarang diantara masyarakat saling kasak kusuk, saling curiga, dan tidak pernah ada kepercayaan. 

Akibatnya, perjuangan masyarakat untuk bisa merdeka sulit diwujudkan, dan masyarakat terus hidup dalam penjajahan hingga ratusan tahun. Setelah menyadari adanya politik adu domba tersebut, masyarakat tidak lagi mempercayai informasi yang beredar di masyarakat. Masyarakat memilih untuk bergandengan tangan dan bersatu. 

Pola perlawaranan yang awalnya partial, kini dilakukan secara serentak. Dan hasilnya, 17 Agustus 1945 diperingati sebagai titik awal kemerdekaan Indonesia.

Tak terasa, sudah 76 tahun Indonesia merdeka. Selama itu pula berbagai peristiwa terjadi. Selama itu pula berbagai inovasi dilakukan oleh generasi penerus, untuk mengisi kemerdekaan. 

Dan selama itu pula, Indonesia terus berkembang menjadi negara yang besar. Namun diantara perubahan dan perkembangan zaman, persoalan provokasi di negeri ini tidak sepenuhnya hilang. Dulu dikenal sebagai politik adu domba, di era kemajuan teknologi ini dikenal dengan sebuatan provokasi, hoaks dan ujaran kebencian.

Ironisnya, hal itu dilakukan tidak lagi dari mulut ke mulut, tapi dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Hanya dengan mengetik di smartphone, provokasi, hoaks dan ujaran kebencian itu bisa langsung tersebar ke seluruh penjuru negeri. Pemerintah sudah melakukan berbagai cara, agar aktifitas di dunia maya bisa lebih santun. 

Munculnya UU ITE tidak menyurutkan para oknum untuk tetap menebar kebencian dan kebohongan di dunia maya. Tak jarang mereka terus melakukan caci maki dan hujatan secara vulgar di media sosial.

Mari kita lakukan introspeksi. Tidak bisa kita bersikap pasif terus dalam menghadapi provokasi digital ini. Dari sisi aturan sudah diadakan untuk meredem maraknya praktek provokasi, ujaran kebencian dan hoaks. 

Tidak hanya itu, dari sisi masyarakat, juga harus membekali diri dengan literasi. Dengan literasi, kita bisa mempunya benteng informasi. Dengan literasi kita menjadi tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun