Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ormas di Indonesia Harus Merangkul Keberagaman

10 Januari 2021   00:29 Diperbarui: 10 Januari 2021   01:15 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bhinneka Tunggal Ika - cnnindonesia.com

Jumlah ormas di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Ada yang terdaftar, namun ada juga yang tidak terdaftar. Latar belakangnya pun juga bermacam-macam. Ada yang mencakup nasional, namun ada juga sifat bersifat lokal. Ada yang mencakup bidang atau kepentingan tertentu, tapi juga ada yang sifatnya bersifat keagamaan. Banyak sekali. Keberadaan ormas-ormas ini menggambarkan betapa beragamnya Indonesia.

Seperti kita tahu, Indonesia mempunyai bermacam suku, budaya bahasa dan agama. Keragaman itulah yang membuat Indonesia berbeda dengan negara-negara lain. Karena keragaman itulah membuat masyarkat di Indonesia begitu ramah, karena punya budaya saling menghargai dan menghormati. Ini artinya, perbedaan pada dasarnya bukanlah menjadi persoalan bagi masyarakat Indonesia. Karena  perbedaan sejatinya menjadi sebuah keniscayaan yang harus disikapi secara arif dan bijaksana.

Persoalannya, belakangan banyak sekali ormas-ormas yang seringkali mempersoalkan perbedaan dan keragaman yang ada di Indonesia. mereka mengklaim menjadi bagian dari mayoritas, sehingga dengan mudah menyalahkan kelompok yang minor. Mereka juga senantiasa mengklaim sebagai pihak yang paling benar, sehingga menyalahkan kelompok yang berlawanan atau berbeda, sebagai pihak yang salah. Pandangan semacam ini harus disadarkan. Kenapa? Karena perbedaan merupakan keniscayaan. Tuhan mencipatakan bumi dan seisinya dengah penuh keberagaman. Karena itulah Tuhan menganjurkan kepada seluruh manusia, apapun latar belakangnya, untuk saling mengenal satu dengan yang lain.

Ingat, tidak ada yang salah dengan perbedaan dan keberagaman di negeri ini. Menghargai pada dasarnya merupakan bentuk ibadah. Menghargai juga merupakan bentuk upaya saling memanusiakan antar sesama. Jika kita bisa melakukannya, posisi kita akan sama. Sejajar dengan siapa saja, meski mempunyai latar belakang yang berbeda. Kaya atau miskin hanyalah persoalan rezeki. Namun sebagai makhluk sosial, kita punya tugas yang sama. Dan merangkul keberagaman, merupakan salah satu tugas dari makhluk sosial.

Begitu juga dengan organisasi kemasyarakat, juga mempunyai tugas merangkul keberagaman. Ingat, anggota ormas pun pada dasarnya juga beragam. Meski ormas tersebut mengklaim mewujudkan visi misi yang sama, namun tiap orang anggota punya karakter yang berbeda. Jika sesama anggota ormas bisa saing menghargai, harapannya perilaku ormas pun juga akan lebih santun dan mau menghargai keberagaman.

Ormas apapun itu, harus aktif meredam maraknya pesan kebencian dan provokasi. Ormas harus bisa memberikan contoh yang baik, untuk para anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Hal ini penting karena visi misi ormas apapun itu, pada dasarnya mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih baik. Pemerintah pernah membubarkan dua ormas keagamaan yang dianggap telah melenceng. Tidak hanya dibubarkan, keduanya juga dinyatakan sebagai ormas terlarang. 

Dan sebagai bagian dari warga negara Indonesia, menjadi tugas kita bersama, untuk terus menyebarkan pesan damai. Tugas ini tidak hanya bisa dilakukan oleh para individu, tapi juga para ormas. Mari kita wujudkan organisasi-organisasi yang telah ada saat ini, seperti peran organisasi yang berhasil mengumpulkan berbagai macam kepentingan, yang kemudian melahirkan hari kebangkitan nasional. Kebangkitan para pemuda ketika itu tidak bisa dilepaskan dari peran organisasi. Salam literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun