Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Esensi Dakwah Bukan untuk Mempersoalkan Perbedaan

5 Desember 2020   14:48 Diperbarui: 5 Desember 2020   14:49 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dakwah - www.nu.or.id

Ketika Islam masuk ke tanah Jawa melalui para wali, yang dikenal sebagai wali songo, tidak pernah mempersoalkan kenapa ada Hindu, Budha atau animism, dinamisme. Bahkan di era itu masih ada masyarakat yang tidak percaya Tuhan, juga tidak dipersoalkan. Karena esensi dari dakwah tersebut memang tidak untuk memperdebatkan perbedaan. Dakwah bertujuan agar kita bisa memahami dan mengerti tentang keberagaman sikap, budaya, bahasa dan keyakinan yang ada di negeri ini. Karena perbedaan sejatinya merupakan keniscayaan. Berbeda itu wajar, karena Tuhan menciptakan bumi dan seisinya ini sejatinya juga berbeda-beda.

Kenapa kita tida perlu untuk memperdebatkan atau mempersoalkan perbedaan? Karena setiap manusia pada dasarnya harus bisa hidup berdampingan dengan perbedaan itu sendiri. Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda. Karena itulah Tuhan menganjurkan kepada setiap manusia, untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Bentuk saling mengenal ini bisa dilakukan dengan cara berinteraksi, berkomunikasi, bekerja sama, saling tolong menolong atau yang lainnya.

Sementara itu, setiap manusia punya sisi negative dan potisif dalam dirinya. Ego pribadi terkadang menjadi hal yang sangat sulit dikendalikan. Kebencian dalam diri terkadang sulit untuk di kontrol. Akibatnya, karena egoisme dan kebencian itu mengendalikan diri, yang muncul akhirnya selalu subyektif dan negative. Karena itulah manusia perlu ada yang menuntun, perlu ada yang memberitahu bahwa ini salah, itu benar. Disinilah peran penting sebuah dakwah. Karena itulah seorang pedakwah harus punya  sudut pandang yang beragam, harus obyektif dalam melihat sebuah persoalan, harus punya literasi yang baik dan tidak boleh menggunakan kaca mata kuda. Karena segala yang muncul akan diresapi, ditelaah dan dipahami oleh masyarakat.

Apa jadinya jika dalam sebuah dakwah yang muncul hanyalan kebencian dan bernuansa provokasi. Apa jadinya jika dakwah selalu menjelekkan, mencari kesalahan, menyudutkan dan mengajak untuk melakukan perilaku yang tidak semestinya. Dakwah semacam ini tentu sebaiknya tidak didengar. Namun faktanya, dakwah semacam ini justru mulai marak terjadi di dunia maya dan nyata. Dakwah semacam ini umumnya seringkali dilakukan oleh kelompok yang mengusung eksklusivisme, merasa paling benar sendiri, dan memandang pihak yang berbeda sebagai sebuah kesalahan.

Mari kita saling introspeksi dan saling mengingatkan satu dengan yang lain. Hentikan segala aktifitas yang merasa paling benar sendiri. Hentikan segala aktifitas yang menebar kebencian, provokasi dalam setiap dakwahnya. Jangan pula memprovokasi orang lain dengan ayat-ayat suci. Ingat, agama apapun tidak ada yang mengajarkan untuk saling membenci, apalagi melakukan persekusi atau tindakan intoleran.

Dan masyarakat juga harus cerdas. Jangan melihat sebuah persoalan dengan kaca mata kuda. Seorang tokoh agama, kyai, ulama atau yang lainnya juga bisa berbuat salah. Ketika berbuat salah, tentu hukum harus ditegakkan. Ketika ada yang diperiksa, semestinya harus menghormatinya. Apalagi konteksnya masih pemeriksaan. Jika merasa tidak bersalah, semestinya bisa hadir memenuhi panggilan penyidik. Jika merasa sehat, semestinya memperbolehkan tim satgas untuk melakukan swab. Sekali lagi, mari hentikan segala hal provokasi dan kebencian dalam setiap dakwah. Salam toleransi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun