Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyinergikan Nilai Pancasila dan Protokol Kesehatan

13 Juni 2020   19:38 Diperbarui: 13 Juni 2020   19:57 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila di Tengah Pandemi - suara.com

Masa pandemi covid-19 ini menuntut kita semua untuk terus beradaptasi.  Tidak ada yang mengira, virus ini akan bisa membunuh jutaan orang di berbagai negara. Tidak ada yang mengira masa pandemi ini akan berlangsung begitu lama. Bahkan, tidak ada yang mengira adanya gelombang kedua penyebaran virus covid-19 ini. Begitu juga dengan di Indonesia. Di awal Maret 2020, jumlah pasien positif ketika itu baru 2 orang, setelah semua orang yakin virus corona tidak akan sampai ke Indonesia. Dan sekarang ini, per 13 Juni 2020, kasus terkonfirmasi positif mencapai 37.420 kasus, setelah ada penambahan sebesar 1.014 kasus, dirawat 21.553 kasus, meninggal 2.091 dan sembuh 13.776.

Padahal, pada saat yang sama wacana new normal sempat menguat. Artinya, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang selama ini dilakukan akan diperlonggar. DKI Jakarta, dan Surabaya Raya telah memutuskan masa PSBB transisi sebelum memasuki masa new normal. Banyak yang bertanya, akankah new normal diberlakukan jika kasus konfirmasi positif terus bertambah?

Menjadi tugas kita bersama untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Tugas ini tidak bisa dibebankan ke pemerintah saja. Untuk itulah, mari kita introspeksi diri. Boleh kita mengkritik kebijakan pemerintah, boleh kita mengkritik si A, si B atau yang lainnya, tapi jangan sampai kritikan tersebut justru disisipi kebencian dan provokasi. Ingat, pesan kebencian di masa pandemi ini masih ada karena ulang beberapa oknum. Masih ada pihak-pihak tertentu yang ingin membuat kekhawatiran di masa pandemi ini semakin tidak terkendali.

Untuk itulah, mari kita kembali pada kearifan lokal dalam setiap perilaku sehari-hari, agar bisa memutus covid-19. Mari tanamkan nilai-nilai Pancasila dalam pikiran dan perilaku kita. Mari tanamkan sejak dari dalam pikiran, agar kita tetap tidak melupakan Tuhan, tetap saling memanusiakan, saling mengedepankan persatuan dan kesatuan, serta menjaga musyawarah dan keadilan sosial. Hal ini penting agar setiap tindakan dan keputusan yang diambil, tidak keluar budaya yang ada. Tinggal, bagaimana mensinergikan antara nilai-nilai kearifan lokal tersebut dengan protokol kesehatan.

Mencuci tangan pada dasarnya merupakan bagian dari kearifan lokal. Di desa-desa di Jawa, dulu banyak pancuran dan gayung yang diletakkan di depan rumah, agar mencuci tangan dan kaki sebelum masuk ke rumah. Setelah berinteraksi dengan tetangga, membersihkan tangan dan kaki di pancuran, lalu baru masuk rumah. Jika kita ambil hikmah dari pandemi ini, Tuhan telah mengingatkan agar kita menjaga kebersihan seperti yang telah diajarkan oleh para pendahulu kita.

Nilai pancasila mengajarkan kepada kita untuk saling menghargai dan menghormati. Berbicara santun tidak mengandung kebencian. Mungkin selama ini kita dianggap terlalu banyak bicara. Hoaks terus bermunculan, semua orang begitu vulgar memprovokasi untuk saling membenci. Kini, di masa pandemi ini kita dianjurkan untuk menggunakan masker. Betul, masker tersebut berfungsi sebagai pencegah untuk tidak menularkan virus. Namun, bisa jadi masker juga bisa jadi pengingat, agar kita untuk mengendalikan setiap ucapan kita semua. Mari kita jaga diri, lingkungan dan negeri ini, dari segala pengaruh buruk. Pancasila diharapkan bisa tetap dijadikan dasar dalam kondisi apapun, termasuk di masa pandemi ini. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun