Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semangat Pesantren Melawan Radikalisme di Era Milenial

5 Oktober 2019   08:01 Diperbarui: 5 Oktober 2019   08:17 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tentang Pesantren - sumber: ybmbri.org

Beberapa hari yang lalu, UU Pesantren telah diahkan. Meski ada yang pro dan kontra, wajar, karena setiap keputusan pasti tidak bisa menyenangkan setiap pihak. 

Dalam kesempatan ini tidak bermaksud mendukung atau tidak. Yang jelas, pesantren mengajarkan nilai-nilai positif yang perlu disebarluaskan di era milenial ini. Seperti kita tahu, di era milenial ini merupakan eranya kemajuan teknologi informasi. 

Namun dibalik kemajuan teknologi ini, ada dipahami secara berbeda oleh sebagian orang. Dunia maya dan teknologi justru digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian dan propaganda radikalisme.

Akibat penyebaran kebencian dan radikalisme ini, tidak sedikit membuat banyak masyarakat yang terpapar radikalisme. Banyak anak muda yang menjadi mudah marah, mudah menyalahkan orang lain, mudah mengkafirkan orang lain, hanya karena terprovokasi informasi yang belum tentu kebenarannya. Padahal, Tuhan menciptakan manusia dan seisi buminya berbeda-beda. 

Karena perbedaan itulah, Tuhan menganjurkan kepada seluruh manusia untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Dan dalam interaksi tersebut, dianjurkan untuk saling mengerti dan memahami antar sesama.

Di era milenial ini, membiacarakan semangat pesantren perlu dilakukan. Pesantren bukanlah sesuatu yang abstrak atau tua tak bisa menyesuaikan perkembangan zaman. Apa yang diajarkan dalam pesantren sejatinya masih akan terus relevan. Kenapa? Karena salah satu ajaran pesantren adalah memahami ajaran agama berdasarkan konteksnya. 

Pesantren juga mengajarkan tentang saling menghargai dan menghormati antar sesama. Pesantren juga mengajarkan tentang toleransi, tepo seliro dan saling membantu antar sesama. Jika sifat-sifat positif itu ditularkan kepada masyarakat, diharapkan penyebaran ujaran kebencian dan hoaks bisa diminimalisir.

Penyebaran pesan kebencian yang masih terjadi hingga saat ini, harus segera disudahi. Saling membenci bukanlah solusi, untuk mewujudkan kepentingan. Saling membenci bukanlah solusi untuk mendapatkan simpati. Di pesantren, tidak pernah mengajarkan tentang kebencian. 

Di pesantren diajarkan untuk hidup berdampingan. Karena itulah pesantren mengajarkan untuk untuk saling menghargai dan menghormati. Di pesantren juga diajarkan tentang ilmu pengetahuan, agar kita bisa menjadi pribadi yang cerdas, agar bisa inovatif dan tidak mudah terprovokasi.

Mari kita lihat kondisi kita saat ini. Di bidang politik, pesan kebencian yang muncul dari oknum para elit politik masih terjadi. Apalagi ketika mulai memasuki musim pilkada, ataupun pilpres kemarin, berbagai ucapan yang kadang memicu amarah berkali-kali muncul. 

Sementara ditingkat bawah, tidak sedikit anak-anak muda kita memilih mencabut pertemanan, hanya karena berbeda pandangan atau keyakinan. Tidak sedikit para tetangga memilih untuk tidak bertegur sapa, hanya karena berbeda pandangan atau perbedaan yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun