Mohon tunggu...
Ahmad Ali Rendra
Ahmad Ali Rendra Mohon Tunggu... Lainnya - Kartawedhana

Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kab. Hulu Sungai Selatan - Kalimantan Selatan Pemerhati Budaya dan Sejarah Pemandu (khusus) Museum Rakyat Kab.Hulu Sungai Selatan Pembina komunitas Dapur Budaya HSS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kode Alam dan Manusia Hulu Sungai di Kalimantan Selatan

12 September 2022   15:50 Diperbarui: 24 November 2022   10:53 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentang alam di Hulu Sungai Selatan. Sumber koleksi: Rendra

Gejala-gejala alam ini dapat mereka prediksi melalui tumbuh-tumbuhan, perilaku binatang dan posisi bintang di langit. Hal ini menurut kebiasaannya lebih banyak didapati untuk memperkirakan cuaca yang dekat kaitannya dengan usaha-usaha di bidang pertanian, terutama yang erat kaitannya dengan waktu menanam padi sampai pada menuainya.

Dalam pengetahuan masyarakat Hulu Sungai misalnya, apabila pohon Hambawang (Mangifera foetida) mulai berbunga, maka mereka meyakini bahwa musim panas telah tiba. Jika bunga pohon Hambawang tersebut berwarna merah tua, maka hal itu sebagai pertanda waktu musim panas agak lama. Sedangkan jika bunganya berwarna merah muda, biasanya pertanda musim panas tidak begitu lama.

Begitu pula tanda-tanda musim hujan dapat pula mereka prediksi melalui tanda bermunculannya Kalimbuai atau Gondang (Pila Ampullacea) dalam jumlah yang banyak. Tanda musim hujan tersebut dikenal pula dengan istilah musim pambarat. Biasanya musim hujan diikuti pula oleh bunyi kodok yang terus menerus. Tanda lainnya yang berkaitan dengan musim hujan, adalah jika burung Ranggang Tutup sering berbunyi, berarti sebagai isyarat musim yang baik untuk pelaksanaan memulai penanaman padi.

Untuk memprediksi saat yang tepat untuk menanam padi yang baik dapat pula diketahui dengan memperhatikan bintang di langit. Bintang Karantika Maharam ( bintang kecil-kecil atau bintik-bintik putih) yang muncul nya sekitar pukul 02.00 dinihari, memberi petunjuk akan baiknya tanaman padi. 

Kemudian untuk memperkirakan kemungkinan hasil padi yang baik, maka pada saat tanaman padi baru mengeluarkan buah dari tangkainya harus diperhatikan pula ke langit, apakah bintang Belantik Maharam juga muncul. Jika munculnya berbarengan dengan bintang Karantika Maharam maka pertanda hasil panen akan baik.

Dalam melihat gejala dan tanda-tanda yang diberikan alam itu masyarakat tradisional Banjar di Hulu Sungai tak hanya melihatnya dari perubahan alam, tumbuh-tumbuhan dan perilaku binatang namun melainkan juga melihat dari sisi astronomi atau perbintangan yang tentu tak melulu bersandar pada hal mistis, magis dan lainnya namun dari hasil pengamatan mendalam yang tak jarang apabila dilihat dari kacamata pengetahuan ilmiah juga kerap berkesesuaian.

Misalnya ketika melihat pola embun yang turun pada dinihari sekitar 01.30 - 03.30 maka masyarakat tradisional Banjar Hulu Sungai meyakini akan terjadi panas terik yang terjadi besok siang, maka benar saja prediksi tersebut jarang meleset. 

Telur Kalimbuai atau Gondang di sawah. Sumber: Facebok NITAS Cosmetics
Telur Kalimbuai atau Gondang di sawah. Sumber: Facebok NITAS Cosmetics

Sama halnya ketika melihat telur Kalimbuai atau Gondang yang menempel pada suatu tempat maka masyarakat tradisonal Banjar Hulu Sungai meyakini tingginya air di lokasi tersebut akan mencapai tempat telur tersebut menempel. Karena mereka menyakini Kalimbuai mempunyai insting yang mampu membaca kemungkinan bertambahnya volume air sehingga ketika volume air naik akan mencapai telur tersebut pada waktu yang tepat.

Contoh lain lagi misalnya ketika serangga Urup atau Laron mulai banyak bermunculan mengelilingi cahaya-cahaya lampu maka masyarakat Banjar di Hulu Sungai masih meyakini itu pertanda "Banyu handak dalam" (air Sungai mau naik) tentu hal ini juga masih sangat relevan dengan pandangan ilmiah dimana serangga Laron umumnya muncul dalam jumlah besar ketika suhu udara sekitar mulai naik, seperti saat hujan lebat. Laron menyukai suhu antara 25 - 28 ° C. Perubahan suhu diketahui sebagai pemicu utama kenapa laron keluar dari sarangnya untuk terbang. 

Kemunculan Urup atau Laron, Sumber: www.ideaonline.co.id
Kemunculan Urup atau Laron, Sumber: www.ideaonline.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun