Oleh : Rendra
Pemerhati Sejarah dan Budaya
Wakil Ketua Syarikat Adat, Sejarah dan Budaya ( SARABA) Hulu Sungai
Admin IG Sejarah :@tahukah_pian
Selama ini jika kita berbicara tentang "Banjar" atau "urang Banjar" di Kalimantan Selatan, kadang cenderung selalu tertuju sebatas kawasan Banjarmasin yang terletak di hilir Sungai Barito atau muara Sungai Martapura sebagai representasi dari Kalimantan Selatan. Jika melihat "hanya" Banjarmasin dan sekitarnya saja sebagai representasi dari Kalimantan Selatan maka sudah tentu akan banyak terjadi ketimpangan pada  sisi unsur sosio-kultur dan budaya. Terlebih yang menyangkut sejarah Kalimantan Selatan itu sendiri.
Tahukah Anda tentang kawasan "Hulu Sungai" di Kalimantan Selatan ?
Bagi masyarakat Kalimantan Selatan pasti sudah tidak asing lagi dengan daerah yang bernama Hulu Sungai. Â Yakni, wilayah yang terbentang sepanjang sisi sungai Nagara (anak sungai Barito) serta wilayah lembah dan pegunungan di utara Kalimantan Selatan dimana pada sebelah timurnya dibatasi oleh pegunungan Meratus yang berhulu akhir di Kabupaten Tabalong. Kawasan hulu sungai sebagian besarnya dihuni oleh sub entis Banjar Pahuluan dan Banjar Batang Banyu.
Kawasan Hulu Sungai sekarang terbagi menjadi beberapa kabupaten yaitu Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong.
Mengapa mengenal Kalimantan Selatan cenderung harus dimulai dari Hulu Sungai ?
Andin Alfi ketua organisasi SARABA Hulu Sungai dalam tulisannya "Mengenal Hulu Sungai Tanah Banjar, Melayu Pedalaman yang Memengaruhi Nusantara" menyebutkan "di hulu sungai lah sebenarnya pusat peradaban dan kebudayaan orang Banjar terbentuk. Menjadi besar dan tetap hidup hingga sekarang ini. Rasanya akan sulit sekali untuk memahami Banjar tanpa memahami Hulu Sungai," ujar Andin Alfi.
Saat kita berbicara budaya, peristiwa sejarah maupun tentang terbentuknya sebuah identitas dasar masyarakat Kalimantan Selatan yang umum disebut Suku Banjar ini maka akan sulit "berpaling" dari dominasi peran kawasan "Hulu Sungai".
Kawasan "Hulu Sungai" mendominasi sebuah kerangka besar terbentuknya identitas Kalimantan Selatan. Bahkan, untuk hal penting yang menyangkut sejarah terbentuknya suatu komunitas sosial masyarakat, yang pada kemudian hari menjadi bentuk sebuah Negara (state) dan system pemerintahan tradisional di Kalimantan Selatan berawal dari kawasan Hulu Sungai.
Dalam "Urang Banjar dan Kebudayaannya (Suryansyah Ideham, ddk : 2005)" menyebutkan dalam sejarah Kalimantan Selatan, jauh sebelum kota Banjarmasin menjadi ibu kota Kerajaan Banjar, terdapat sebuah negara suku milik masyarakat Dayak Maanyan yang bernama Nan Sarunai (Nan Sarunai).Â
Kerajaan Nan Sarunai sekarang terletak di dekat Amuntai dan dapat diklasifikasikan sebagai negara primitif. (Idem) Seiring dengan keberadaan Negara Nan Sarunai, muncul juga kerajaan Tanjung Puri. Kerajaan Tanjung Puri diduga berada di sekitar kota Tanjung merupakan kolonisasi orang-orang Melayu Palembang dari Sriwijaya melalui Laut Jawa sampai ke Kalimantan Selatan. (Idem) Setelah Tanjung Puri muncul lagi Imigran dari Jawa, dan mereka turut serta kemudian mendirikan kerajaan bernama Negara Dipa yang terletak di wilayah Hujung-tanah.Â
Negara Dipa kemudian di Pimpinan oleh Junjung Buih dan Pangeran Suryanata secara turun temurun sampai pada masa pemerintahan Raden Sari kaburangan pusat kekuasaan kemudian dipindahkan ke Muara Hulak, sedangkan Muarabahan dipilih sebagai pelabuhannya dan nama kerajaan itu berubah namanya menjadi Negara Daha.
Serangkaian panjang sejarah pembentukan sebuah Negara tradisional dengan sistem feodalism yang tertuis diatas, dimana semuanya itu berlangsung didaerah hulu sungai. Rentetan itulah yang kemudian secara perlahan lambat laun membentuk garis besar identitas suku banjar di Kalimantan Selatan.
Lahirnya identitas "banjar" pun tidak bisa dilepaskan dengan peristiwa perebutan tahta (usurpasi) di Negara Daha, yakni antara Pangeran Temanggung dengan pewaris tahta yang sah Raden Samudera. Dalam kemelut istana tersebut, Raden Samudera mengasingkan diri ke hilir Sungai Barito dan dilindungi oleh komunitas Melayu yang dipimpin oleh Patih Masih.Â
Pada kemudian hari pangeran dari Hulu Sungai tersebutlah kelak mendirikan sebuah Kerajaan yang disebut Kesultanan "Banjar" dan Raden Samudera sendiri setelah memeluk Islam kemudian bergelar Sultan Suriansyah.
Benang merah serta rentetan sejarah dalam kerangka identitas yang membentuk sosio-kultur  budaya masyarakat Kalimantan Selatan itu sebagian besar merupakan warisan dari daerah Hulu Sungai. Tradisi Hulu Sungai itulah yang kemudian menjadi "dasar" dalam tradisi dan adat istiadat dalam budaya Banjar yang kemudian disesuaikan lagi dengan kebiasaan serta tradisi di berbagai penjuru Kalimantan Selatan seperti di daerah Banjar Kuala dan Banjar Pesisir.
Contohnya Seperti adat istiadat dalam perkawinan atau adat "Pangantin Banjar" yang condong "dasarnya" bermula dari tradisi yang ada pada Negra Dipa dan Daha di Hulu Sungai yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Beberapa peristiwa "penting" dalam kerangka besar sejarah Kalimantan Selatan itu pun masih di dominasi peran dari Hulu Sungai sebagai "Inti" dari wilayah Kalimantan Selatan itu sendiri. Contohnya pada Perang Banjar fase I (1859-1863). Sulit untuk dibantahkan kobaran perang banjar yang begitu dahsyat tersebut sebagian besarnya terjadi di wilayah Hulu Sungai[1]. Bahkan ledakan pertama perang di inisiasi oleh para tokoh-tokoh hulu sungai yang berkumpul di Muning, Tapin.
Begitu juga pada era Revolusi Kemerdekaan di tahun 1945-1949 daerah Hulu Sungai menjadi sangat dominan menjadi pusat dari hampir seluruh kegiatan perjuangan revolusi untuk membebaskan Kalimantan Selatan dari cengkraman pemerintahan Kolonial Belanda.
Dari sini dapat kita tarik kesimpulan untuk mengenal Kalimantan Selatan alangkah lebih baiknya diawali dari mengenal daerah "Hulu Sungai" sebagai Induk dari Kalimantan Selatan itu sendiri. Seperti ucapan sejarawan atau penulis histografi Kalimantan Selatan, bapak Wajidi, "Dari hulu asalnya hilir," ujar beliau.(*)
Â
(bersambung)..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI