Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berani Mikir, Sebuah YouTube Yang Memotivasi Tuk Berpikir

28 April 2023   11:13 Diperbarui: 28 April 2023   11:18 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Berani mikir

Dalam berbagai literasi, amat permai kita dapatkan sumber-sumber pengetahuan. Dunia yang berbagai macam seluk-beluk ini kita dapat pahami seluruhnya hanya dengan berkeliling-keliling saja dalam nalar, membaca buku, menyimak sosial media, dan berbagai macam sumber pengetahuan lainnya seperti sharing atau berdiskusi terhadap sesama.

Artinya, semuanya berawal memang dari individu, dan hanya membutuhkan pergerakan daripada individu tersebut. kita jangan lagi merasakan kenyamanan daripada zona dimana kita hidup saat ini. Beberapa bulan silam, Bapak presiden telah menghimbau kepada kita semua pada postingan akun instagramnya bahwa janganlah lagi, kita bermalas-malasan dalam hal jasmani maupun perkara rohaniah.

Karena Negeri kita bahkan Dunia pada umumnya, saat ini sedang tidak baik-baik saja serta mengalami degradasi atau kritisasi dalam berbagai aspek kehidupan. Hal itu tersirat teramat jelas dari data-data statistik pertumbuhan ekonomi, meningkatnya kasus kriminalitas, dan berkurangnya antusiasme produktivisasi dari generasi-generasi milenial.

Kita dikungkung secara pemikiran melalui tekhnologi, sehingga memudahkan kita menjadi generasi atau orang-orang konsumtif. Bayangkan para sahabat, apa yang akan terjadi manakala problema ini tidak pernah berakhir? Kita tidak perlu mencoba menduga-duga atau memberi banyak argumentasi, sebab efeknya sudah pasti adalah Neo-kolonialisme, dan Neo-imperialisme yang akan terjadi.

Kita mungkin berpikir jikalau sesungguhnya, bisa saja melalui zaman modern dimana kita hidup saat ini, melalui media-media yang ada, dapat merangsang kita untuk berpikir kemudian menjadi individu yang lebih baik lagi kedepannya. Tetapi, itu bukan berarti akan menjamin pemandaian diri kita.

Setiap Orang pasti memahami apa yang dipikirkannya sebagai kebenaran. Kebenaran berpikir, guna diasumsi lalu dijadikan pedoman sehari-hari. Pertanyaannya, manakah yang harus diikuti jika para orang-orang intelek menyampaikan ilmu pengetahuan alih-alih mengatakan bahwa, inilah Kebenaran? Dalam media tadi atau dalam suatu upaya diskusi?

Sudah pasti kita bisa dengan mudahnya menebak, hal itu di kemudian hari akan mengakibatk ke-ranchuan berpikir umat Manusia dimana-mana. Bahkan semakin memperbanyak fenomena pluralisasi. Setiap kelompok mengklain dirinya yang paling benar dan hebat lalu menistakan satu sama lain hanya karena mengikuti apa yang diterimanya benar tadi.

Ini berbahaya, dan itu harus segera dihapuskan. Kita jangan lagi berpecah-belah hanya karena pengetahuan yang berbagai macam aspek tersebut. karena itu merupakan dampak-dampak daripada awal penjajahan yang baru. Suatu bangsa akan mudah dijajah, dimanipulasi, ditindas, tatkala bangsa tersebut tidak bersatu dan menyatu secara ideologis.

Bahkan hal yang mengejutkan adalah, ternyata banyak para Intelektual Indonesia sudah berpendapat lalu mengatakan bahwa, upaya itu sebenarnya sudah terjadi. Kita tengah dijajah secara ideologis. Nah, inilah justru yang sangat membahayakan. Bukankah fakta sejarah sudah memperlihatkan, bahwa asbabun nuzul (awal mula) terjadinya suatu kolonialisme (penjajahan) terhadap suatu bangsa, itu dimulai melalui upaya penjajahan secara ideologis?

Sebuah adagium muncul dengan istilah Membaca Alam, Membaca Zaman. Apa yang dimaksud? Tentu saja yang dimaksud adalah bahwasanya, ada korelasi antara Alam Semesta dengan Geopolitik hidup dan kehidupan kita selaku Manusia. Berarti ini perihal hukum kesetimbangan.

Oleh karenanya, ini bukanlah suatu upaya radikalisasi. Sudah tertulis diawal, yang membedakan Manusia dengan makhluk lainnya adalah terletak pada satu instituti yakni Nalar/akalnya. Maka, kita sudah pasti bisa berpikir untuk membedakan mana yang benar dan yang salah serta dapat memilah apa yang seharusnya untuk dipilah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun