Terletak di Desa Lumban Suhi Suhi Toruan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Kampung Ulos Huta Raja menjadi saksi hidup warisan budaya Batak yang terus berkembang. Setelah direvitalisasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Februari 2022, kampung ini kini menjadi destinasi wisata budaya yang menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.
Pada tahun 2025 ini Untuk menikmati keindahan dan kearifan lokal yang ditawarkan Kampung Ulos Hutan Raja, pengunjung dikenakan biaya masuk yang relatif terjangkau. Saat ini, tarif biaya masuk cuma  Rp15.000 saja per orang.
Biaya ini digunakan untuk mendukung pemeliharaan kawasan wisata, termasuk pelestarian rumah adat, pemeliharaan lingkungan kampung, serta pengembangan program budaya seperti pelatihan menenun bagi generasi muda dan festival budaya tahunan. Selain itu, dana tersebut juga disalurkan untuk kesejahteraan para penenun dan warga lokal yang aktif menjaga eksistensi budaya ulos.
Pengunjung yang membayar tiket masuk tidak hanya mendapatkan akses ke kawasan rumah adat dan galeri tenun, tetapi juga berkontribusi langsung terhadap upaya pelestarian warisan budaya Batak. Beberapa pemandu lokal juga siap mendampingi pengunjung untuk menjelaskan filosofi ulos, sejarah rumah adat, hingga tradisi-tradisi unik masyarakat Huta Raja.
Adanya biaya masuk ini diharapkan tidak menjadi penghalang, melainkan bentuk kesadaran bahwa warisan budaya adalah aset yang perlu dijaga bersama.
Fasilitas Ibadah: Bentuk Toleransi di Kampung Ulos Huta Raja
Sebagai destinasi wisata budaya yang terbuka untuk semua kalangan, Kampung Ulos Huta Raja juga menunjukkan komitmennya terhadap nilai toleransi dan kenyamanan pengunjung lintas agama. Bagi wisatawan Muslim, pihak pengelola telah menyediakan ruang kosong di dalam galeri tenun yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan ibadah salat. Inisiatif ini menjadi bentuk nyata dukungan terhadap keragaman dan keterbukaan budaya Batak terhadap pengunjung dari berbagai latar belakang kepercayaan.
Namun demikian, berdasarkan pengalaman langsung di lapangan, fasilitas tempat wudu khusus belum tersedia. Pengunjung Muslim umumnya mengambil air wudu di area toilet yang ada, meskipun dari sudut pandang ajaran Islam, hal ini dinilai kurang ideal. Harapannya, ke depan pengelola dapat menambahkan sarana tempat wudu yang representatif sebagai bagian dari peningkatan layanan wisata dan penghormatan terhadap kebutuhan spiritual pengunjung.
Dengan langkah-langkah sederhana namun inklusif seperti ini, Kampung Ulos Huta Raja memperkuat citranya sebagai kawasan wisata budaya yang ramah, terbuka, dan menjunjung tinggi semangat toleransi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI