Mohon tunggu...
Ahmad Muhammad Fakhruddin
Ahmad Muhammad Fakhruddin Mohon Tunggu... -

Make - share

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Shopping di Indonesia

22 Desember 2014   05:27 Diperbarui: 4 April 2017   18:09 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang harus bisa membedakan apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan.

Jika ingin melihat fenomena yang sedang terjadi cukup amati melalui budaya yang tengah berkembang.Namun di lain pihak, keberadaan budaya populer sering dianggap sebagai sebuah hal yang biasa. Maksudnya, apapun fenomena yang tengah berlaku dalam masyarakat cenderung dianggap hanya sebagai dampak dari perkembangan masa. Segala bentuk perkembangan dapat saja dikategorikan sebagai budaya populer. Perkembangan dalam hal berbelanja, misalnya, merupakan salah satu contoh yang paling dekat untuk sekarang ini. Ternyata shopping dinilai sebagai hal yang dianggap dekat dengan remaja.

Budaya shopping ini sudah di cap sebagai budaya yang jelek. Hal inilah yang melekat di masyarakat, mitos bahwa shopping adalah kegiatan hura-hura yang menghabiskan uang.

Gaya hidup shopping kebanyakan kaum remaja. Mereka beramai-ramai pergi ke mall untuk belanja barang apa saja yang mereka inginkan. Biasa di kenal dengan shopping mall. Dalam shopping mall, kegiatan belanja yang semata-mata transaksi jual beli mengalami perubahan. Kegiatan belanja berubah fungsi sebagai pengisi waktu senggang (leisure time) atau tempat membolos bagi siswa sekolah yang nakal. Ini dapat kita lihat pada berapa banyak setiap harinya orang-orang berkeliling di shopping mall tanpa berbelanja apapun. Terkadang mereka cuma berkeliling, berbincang, atau mengagumi barang-barang produk baru. Kegiatan shopping mall merupakan salah satu cara untuk memuaskan rasa penasaran akan hal yang baru.

Sekarang ini Shopping mall semakin mempercantik diri dengan penambahan fasilitas-fasilitas seperti taman di tengah-tengah mall, tempat penitipan anak, taman bermain dan game, lalu penambahan pendingin ruangan (AC) dan kebersihan, mulai dari restroom sampai di dalam toilet yang bertujuan agar para pengunjung mall merasa nyaman dan senang berada di dalam mall. Hal itu di dukung dengan banyaknya mall-mall di setiap kota di Indonesia.

Selain shopping mall, ada satu budaya yang sekarang banyak digunakan oleh kaula muda yakni budaya shopping online. Shopping online ialah kegiatan pembelian suatu barang menggunakan teknologi dengan media internet. Pada zaman yang modern ini dan mudahnya internet untuk di akses, segala sesuatunya dilakukan dengan simple dan cepat. Media sosial pun semakin banyak menawarkan barang-barang online yang umumnya banyak di gunakan oleh para remaja.

Konsumen lebih praktis jika menggunakan jasa online. Tinggal pesan barang yang di inginkan, kemudian melakukan transaksi setelah itu barang dikirim dan sampai di depan rumah. Kadang-kadang harga barang di toko online lebih murah daripada di toko offline. Murahnya harga baranglah yang menjadi alasan kenapa belanja online lebih menarik untuk anak muda. Shopping online akan menjadi gaya hidup dan cara belanja modern karena menghemat uang dan waktu. konsumen tidak perlu lagi pergi jauh-jauh ke mall, bermacet-macet di jalan dan antre panjang di mall.

Dengan adanya media online, seseorang dengan mudah mencari informasi atau melihat hal-hal yang baru yang sedang orang-orang bicarakan terutamanya di kalangan elit. Internet menjadi gaya hidup baru sekarang ini. sebagai remaja yang kekinian, mereka dituntut untuk selalu kelihatan keren ketika berada dilingkungan sekitar. Hal ini dipengaruhi oleh media massa, baik itu media elektronik, media cetak, bahkan media online. Ibarat, ada suatu iklan dengan tema remaja, di dalam iklan tersebut bukan cerita saja yang mereka tonton, tapi mereka juga melihat cara pemeran iklan dalam berpakaian, berdandan dan gaya hidup lainnya.

Shopping dijadikan sebagai sebuah kebutuhan oleh masyarakat. Dimana hal-hal yang mereka anggap sebagai suatu kebutuhan sebenarnya bukan merupakan kebutuhan mereka yang sebenarnya. Kaum kapitalis yang bermain di dalam area ini menciptakan suatu kebutuhan yang baru. Pasar menciptakan barang yang disukai konsumen, membuat iklan atau promosi semenarik mungkin, sehingga kesan yang diterima adalah bahwa produk yang ditawarkan itu layak dijadikan sebagai salah satu barang yang wajib kita miliki.

Seiring dengan terjadinya perubahan perekonomian dan globalisasi, terjadi perubahan dalam perilaku membeli pada masyarakat, dimana terkadang seseorang membeli sesuatu bukan didasarkan pada kebutuhan sebenarnya. Perilaku membeli yang tidak sesuai dengan kebutuhan dilakukan semata-mata demi kesenangan, sehingga menyebabkan seseorang menjadi boros yang dikenal dengan istilah prilaku konsumtif.

Lewat produk, merek, trend, gaya, dan tanda-tanda yang mereka tawarkan, media online menjaring masyarakat khususnya para remaja untuk terperangkap di dalam budaya konsumtif. Dan media juga dapat menciptakan seseorang terjebak dalam permainan pasar, artinya bahwa kita masuk dalam dunia konsumerisme. Disinilah orang-orang dikuasi oleh kaum kapitalis yang menjadikan mereka konsumtif, apa yang mereka anggap kebutuhan belum tentu merupakan kebutuhan yang sebenarnya.

Bahwa dampak modernisme kenyataannya sangat berpengaruh terhadap perilaku dan budaya masyarakat di negara berkembang, khususnya Indonesia, dimana fenomena shopping harus disikapi dengan bijak. Namun kita tidak boleh menerima hal ini begitu saja, karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh negatif yang akan merusak budaya bangsa. Perlu kecerdasan dan kebijakan hati dalam menerima efek modernisme. Akses kemajuan teknologi, informatika, dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan nilai-nilai budaya lokal. Dan yang terpenting ialah jati diri daerah harus selalu tertanam didalam hati setiap masyarakat di Indonesia.

Ahmad Muhammad Fakhruddin

Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun