Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bersama tim peneliti berhasil memproduksi film pendek berjudul Berpayung Kelabu, yang dirancang khusus untuk mengekspresikan proses emosional perpisahan dan penerimaan. Dengan mengadopsi teori struktur naratif Tzvetan Todorov, karya ini bukan hanya sekadar film tugas akhir, tetapi juga portofolio prestasi yang siap diterjunkan ke festival dan industri kreatif.
Berpayung Kelabu bermula dari keinginan menyelami tema kehilangan dan keikhlasan lewat lensa paradigna naratif. Pada tahap praproduksi, tim yang terdiri atas dosen dan anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEMP) Sastra Indonesia UNJ menggelar diskusi intensif untuk menyusun naskah dan storyboard. Sutradara Albar Maulana Hadi menjelaskan, “Saya ingat malam pertama kami diskusi naskah, teman-teman bercerita tentang kehilangan mereka sendiri. Di situlah cerita Juan dan Arum terasa hidup dan layak untuk divisualkan.” Simbol payung transparan dan dialog minimalis dirancang agar penonton merasakan hening sekaligus kekuatan batin Arum. Memasuki tahap produksi, Gathans Attar Syah, penata artistik, menambahkan, “Taman Langsat kami pilih karena efek luminal yang diberikan.” Kamera bergeser dinamis antara wide shot dan close-up, menangkap gestur lirih pemain yang diarahkan oleh Sahda Bunga Wimala, Asisten Sutradara “Dialognya minim, jadi kami belajar banyak tentang bahasa mata. Saat Arum menunduk, atau Juan menghela napas panjang, itu bukan akting, itu adalah perasaan nyata teman-teman yang mencoba melepaskan. Saya sampai haru melihatnya.”
Pada tahap pascaproduksi, editing visual dan tata suara menjadi hal kunci. Ely Rusliawati, dosen anggota penelitian, menegaskan manfaat praktis film berbasis paradigma naratif ini, “Berpayung Kelabu bisa menjadi sarana pembelajaran naratif konkret. Mahasiswa belajar menterjemahkan teori ke layar, sekaligus mempersiapkan karya yang siap dikirim ke festival dan meningkatkan reputasi akademik mereka.” Transisi halus, scoring Moonlight Sonata, serta color grading dari dingin ke hangat menuntun penonton merasakan perjalanan emosional sesuai struktur naratif Todorov yang terdiri dari equilibrium, disruption, recognition, attempt to repair, dan new equilibrium.
Dengan keseimbangan antara konsep teori dan eksekusi teknis, Berpayung Kelabu kini sudah mendapatkan HKI dan sedang dipersiapkan pendaftarannya untuk mengikuti berbagai festival film serta rencana tayang di kanal digital. Keberhasilan pengejawantahan Berpayung Kelabu membuktikan bahwa integrasi teori naratif ke dalam praktik produksi film dapat melahirkan karya berkualitas tinggi dan berdaya saing. Mahasiswa Sastra Indonesia UNJ diharapkan terus berinovasi dan memanfaatkan paradigma naratif sebagai kekuatan dalam berkarya serta memperluas jangkauan film pendek Indonesia di kancah festival dan industri kreatif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI