Mohon tunggu...
ahmadizzanurwafa wafa
ahmadizzanurwafa wafa Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi saya olahraga

Selanjutnya

Tutup

Financial

Peran Ekonomi Moneter Islam dan Konvensional dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Inklunsif Indonesia 2025

5 Juli 2025   10:41 Diperbarui: 5 Juli 2025   10:41 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pertumbuhan ekonomi inklusif menjadi fokus utama kebijakan pemerintah Indonesia pada tahun 2025. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, akselerasi pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan merupakan kunci untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata dan mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi yang masih menjadi tantangan besar bangsa ini. Dalam konteks tersebut, peran sistem ekonomi moneter, baik Islam maupun konvensional, sangat penting untuk mendorong pertumbuhan yang tidak hanya tinggi secara angka, tetapi juga adil dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

Sistem moneter konvensional selama ini menjadi tulang punggung kebijakan fiskal dan moneter Indonesia. Instrumen seperti suku bunga dan pengelolaan likuiditas digunakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong investasi. Namun, sistem ini menghadapi kritik karena cenderung memperlebar kesenjangan akibat beban bunga yang memberatkan pelaku usaha kecil dan masyarakat berpenghasilan rendah. Beban bunga yang tinggi dapat menekan konsumsi dan investasi UMKM, yang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) masih menjadi penyumbang utama lapangan kerja di Indonesia.

Di sisi lain, ekonomi moneter Islam menawarkan pendekatan berbeda yang berlandaskan prinsip keadilan sosial dan keberlanjutan. Sistem ini menolak praktik riba (bunga) dan spekulasi berlebihan, serta mengedepankan mekanisme bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah. Mekanisme ini memungkinkan risiko dan keuntungan dibagi secara adil antara pemilik modal dan pelaku usaha, sehingga mendorong kolaborasi yang lebih inklusif dan mengurangi ketergantungan pada utang berbunga yang memberatkan.

Instrumen redistribusi dalam ekonomi Islam, seperti zakat, infak, dan sedekah, juga berperan penting dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan daya beli masyarakat miskin. Menurut data BPS, angka kemiskinan Indonesia pada Maret 2024 masih berada di angka 9,03 persen atau sekitar 25,2 juta jiwa. Pendekatan ekonomi syariah yang menekankan pemerataan kekayaan dapat menjadi salah satu solusi untuk menurunkan angka tersebut secara signifikan.

Pemerintah Indonesia sendiri telah mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi syariah dalam kebijakan fiskal dan moneter. Bank Indonesia mengembangkan instrumen keuangan syariah seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) untuk mendukung stabilitas moneter sekaligus mendorong inklusi keuangan. Namun, menurut catatan Kementerian Keuangan, sinergi antara sistem konvensional dan syariah perlu diperkuat agar dampak positifnya lebih luas dan menyentuh sektor-sektor yang selama ini kurang terlayani.

Pertumbuhan ekonomi inklusif juga membutuhkan penguatan modal manusia, infrastruktur, dan transformasi ekonomi hijau sebagaimana tertuang dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2025. Dalam hal ini, ekonomi moneter Islam yang mengedepankan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial sangat relevan untuk mendukung transformasi tersebut.

Selain itu, data Bappenas menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi inklusif di Indonesia masih menghadapi tantangan ketimpangan antarwilayah dan akses yang tidak merata terhadap peluang ekonomi. Sistem ekonomi moneter Islam yang menekankan pemerataan dan keadilan dapat menjadi instrumen penting untuk memperbaiki distribusi kesejahteraan di daerah-daerah tertinggal.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mencapai 5,3-5,6 persen pada 2025 menurut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) harus dibarengi dengan kebijakan moneter yang inklusif dan berkeadilan. Integrasi antara prinsip-prinsip ekonomi moneter Islam dan konvensional dapat menciptakan sinergi yang memperkuat fondasi ekonomi nasional, mendorong pertumbuhan yang tidak hanya cepat tetapi juga merata dan berkelanjutan.

Dengan demikian, peran ekonomi moneter Islam dan konvensional dalam mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif Indonesia sangat strategis. Keduanya harus dijalankan secara harmonis, memadukan efisiensi dan keadilan, agar cita-cita Indonesia Emas 2045 dapat terwujud dengan kesejahteraan yang dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

BIODATA PENULIS

Nama  : Ahmad Nur Izza Wafa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun