Mohon tunggu...
Ahmad Irso Kubangun
Ahmad Irso Kubangun Mohon Tunggu... Jurnalis - Pribadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Komunikasikan apa yang di katakan untuk di kerjakan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perang Nadiem Melawan Dehumanisasi dan Kebisuan Pendidikan

18 Desember 2019   11:04 Diperbarui: 18 Desember 2019   11:15 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dehumanisasi pendidikan. Sumber daya manusia (SDM) pendidikan hanya jadi 'proses kerja mesin'. Asal memenuhi kebutuhan syarat formal pengajaran. Yang lain: acuh saja. Ivan Illich (1926 - 2002) pernah menyoroti bahwa alur penerapan pendidikan di banyak negara seolah justru menurunkan hakikat pengajaran.

Bagi Illich; politik pendidikan hanya berbentuk seolah 'pemasungan akselerasi'. Tidak hadir cara mencerdaskan dan memanusiakan manusia. Illich protes dengan gerakan pendidikan yang jadi kebiasaan tunggal tanpa ada aksi evaluasi perubahan. Illich menganggap, Guru hanya jadi subyek aktif dan murid obyek pasif penurut. Guru menyampaikan materi; murid wajib menerima tanpa kesadaran realitas; cukup mengingat serta menghafalkan.

Akhirnya: Guru dan sekolah cuma ruang komoditas mencari keuntungan atas nama "jualan pengetahuan". Di Indonesia? Mekanisme yang sama berlangsung sejak dulu. Tanpa ada tekad 'memoles' sesuai capaian teranyar. Guru mengajar sesuai materi RPP disusun berpuluh lembar. Mengajar materi sesuai Diktat. Memberikan PR. Menilainya.

Sambil mengerjakan tugas administratif lainnya yang jauh dari peran mulia Guru sebagai pendidik. Sebab: tuntutan aturan. Lalu murid: mencatat materi belajar. Mendengarkan. Mengingat (menghafal). Mengerjakan PR-nya. Sambil ketakutan tidak naik kelas atau lulus Ujian Nasional.

Hingga munculah Merdeka Belajar. Gebrakan Mendikbud Nadiem Makarim. Mengubah radikal yang telah baku selama ini. Yang dirasa sulit berubah. Optimisme baru bagi wajah pendidikan Indonesia. Guru harus jadi penggerak.

Menggerakkan perubahan dalam mencapai kualitas belajar-mengajar. Membangun kesadaran interaktif dengan murid supaya sadar realitas. Menteri Nadiem ingin Guru tidak monoton menjelaskan materi. Sedangkan murid hanya melongo tidak paham.

Kelas bagi Menteri Nadiem harus menjadi laboratorium pengetahuan. Menghadirkan berbagai gagasan dan cara pandang baru. Ada diskusi. Murid harus jadi SDM yang mengetahui potensi dirinya untuk kemanfaatan masa depan. Murid dapat menyadari bagaimana hubungan sosial-kemasyarakatan.

Murid terbentuk karakter diri bagaimana masa depannya. Muncul nalar kritis yang membangun. Murid yang siap dengan tantangan zaman sebab logika berpikirnya sistematis.

Tidak monoton PR ditambah menghafal. Tapi tidak mengerti relevansi pengetahuannya. Menuju itu: Guru harus jadi penggerak. Tidak terbebani pekerjaan administratif yang berulang. Sehingga terbatas ruang membangun kreativitas. Menteri Nadiem membuka pintu hadirnya Guru yang dinamis.

Untuk bekerja sesuai targetnya melahirkan murid berkualitas. Sesuai visi inovasinya. Tanpa perlu RPP yang berulang isinya setiap tahun pengajaran. Menteri Nadiem hadir menggebrak. Gebrakan Menteri Nadiem bagi dunia pendidikan nasional. Paulo Freire (1921 - 1997) menganalisis bahwa perjalanan pendidikan yang terjadi semacam kebudayaan 'bisu'. Tidak tergugah refleksi nalar kritis.

Padahal dalam pemikiran Freire, eksistensi pendidikan masa lalu, hari ini harus disadari untuk menentukan masa depan. Gebrakan Menteri Nadiem seolah merupakan harapan munculnya SDM yang tidak lagi 'bisu' dalam wajah pendidikan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun