Mohon tunggu...
Ahmad Husein Siregar
Ahmad Husein Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasasiswa / Institut Pertanian Bogor

Nama saya Ahmad Husein Siregar, biasa dipanggil husein, hobby saya belajar, dan sekarang saya sedang menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor Jurusan Nutrisi dan Teknologi Pakan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Konflik Kerja Keluarga dan Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Suami-Istri Bekerja

28 April 2024   20:32 Diperbarui: 28 April 2024   20:43 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konflik kerja keluarga adalah konflik  yang terjadi pada individu akibat menanggung peran ganda, baik dalam pekerjaan maupun keluarga, di mana karena waktu dan perhatian terlalu tercurah pada salah satu peran saja di antaranya, sehingga tuntutan peran lain tidak bisa dipenuhi secara optimal. Konflik kerja keluarga dibagi menjadi job-spouse conflict, job parent conflict, dan job homemaker conflict. Job-spouse conflict terjadi ketika peran kerja wanita berkeluarga, memiliki pertentangan antara perannya sebagai wanita bekerja dan sebagai istri. 

Job parent conflict terjadi ketika peran kerja wanita berkeluarga, memiliki pertentangan antara perannya sebagai wanita bekerja dan sebagai ibu dari anak-anaknya. Ibu bagi anak-anaknya memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam memberikan pembinaan dan bimbingan (baik secara fisik maupun psikologis) kepada putra-putrinya demi menyiapkan generasi penerus yang lebih berkualitas. Job homemaker conflict merupakan konflik wanita bekerja yang sudah berkeluarga dan kaitan konflik perannya sebagai pekerja sekaligus pengurus rumah tangga. Seorang ibu berperan dalam kepala rumah tangga. Sebagai kepala rumah tangga ibu berperan utama dalam mengatur dan merencanakan kebutuhan rumah tangga, hidup sederhana, tidak kikir, dan berorientasi ke masa depan.

Penanganan konflik kerja keluarga

Konflik antara peran pekerjaan dan keluarga seringkali menimbulkan tekanan yang signifikan, menyebabkan dampak psikologis yang merugikan jika tidak ditangani dengan baik. Strategi penyelesaian yang efektif diantaranya berkomunikasi terbuka dengan pasangan dan orang-orang terdekat, meminta bantuan, dan mengatur waktu dengan bijak. Beberapa sumber literatur menekankan pentingnya dukungan suami dalam mengurangi konflik kerja-keluarga, dengan memahami dan berkolaborasi dalam mengelola tugas rumah tangga. Selain itu, dukungan sosial dari keluarga, termasuk anak-anak, juga dapat membantu mengurangi beban. 

Peningkatan kekuatan spiritual, mencari hiburan, dan upaya untuk memperbaiki kesalahan juga disarankan sebagai strategi yang efektif. Dengan demikian, adanya dukungan dan kerjasama yang baik dari lingkungan sosial dan pasangan membuat konflik kerja-keluarga dapat diatasi dengan lebih efektif, memungkinkan individu untuk menjalani peran mereka baik di tempat kerja maupun di rumah tanpa terlalu banyak tekanan dan stres.

Manajemen kesejahteraan keluarga


Kesejahteraan keluarga berpengaruh besar terhadap aspek kehidupan berkeluarga seperti kebutuhan gizi keluarga, pendidikan, sosial, dan aspek lainnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kesejahteraan keluarga adalah kebutuhan dasar keluarga, kebutuhan sosial psikologis, kebutuhan pengembangan, harmonisasi dalam keluarga, dan status ekonomi keluarga. Terjaminnya kesejahteraan keluarga didukung oleh berbagai upaya yang sesuai dengan keahlian dari masing-masing individu yang berperan dalam kehidupan berkeluarga. Ibu rumah tangga juga ikut berperan dalam mendukung kesejahteraan keluarga. 

Ibu rumah tangga dapat berperan sebagai ibu pekerja yakni kategori pekerjaan yang dilakukan berbagai macam seperti mempunyai profesi sesuai dengan tingkatan pendidikan, berwirausaha, sebagai buruh, dan lain sebagainya. Peran ibu sekaligus pekerja merupakan situasi yang tidak mudah dan ibu akan rentan mengalami konflik kerja-keluarga.

Oleh karena itu, penting tercapainya keharmonisan keluarga yaitu dengan cara saling bertukar pikiran dan pengertian serta memberikan dukungan satu sama lain antara suami dan istri. Jika hal tersebut dilakukan akan memberikan makna tersendiri bagi seseorang atau setiap anggota keluarga berupa rasa tentram dan damai.

Faktor-faktor yang mendorong suami-istri bekerja termasuk kebutuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, peningkatan kualitas hidup, dan status sosial. Konflik-konflik yang muncul meliputi konflik peran ganda, stress ibu rumah tangga, dan konflik kerja-keluarga. Penanganan umumnya melibatkan komunikasi dengan pasangan atau orang terdekat, pengaturan waktu, peningkatan spiritualitas, hiburan, permintaan maaf, dan kerjasama dengan suami. Antisipasi konflik melalui dukungan saling, pemahaman, dan dukungan sosial dari keluarga lainnya.

Kelompok 5/Paralel 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun